Sesaat suasana hampa. Kau diam. Tak bersuara, tak pula bertingkah. Terlalu lama waktu kau biarkan berlalu begitu saja. Gesekan rel kereta memecahkan keheningan. Peluit panjang tanda pergatian penumpang. Namun kau tetap diam dalam keramaian.
Aku lelah menunggu kata. Wajahmu sendu, matamu tak bercahaya. Tak biasanya kau biarkan pikiranku penuh tanda tanya.
"Sindy ... aku telah berjanji padamu, namun tak akan bisa kutepati." Bicaramu pilu. Aku tersentak. Tak dapat kutangkap maksud kalimatmu itu.
"Don, ada apa?"
"Hubungan ini tak akan sampai pada ikatan suci." Kau tertunduk.
"Kenapa, Don ... apa kau sudah tak mencintaiku?"
Kau menggelengkan kepala, menatapku penuh rasa bersalah.
"Aku mencintaimu, Sindy, tapi yang kuharapkan hanyalah perbedaan."
Kini kumengerti. Air mata menetes bersama jiwamu yang mulai jauh meninggalkanku sendiri. Mengapa aku terlahir seperti ini? Terlahir sebagai wanita yang juga mencintai wanita sepertimu, Dona.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Hahahayy
ReplyDeleteTernyata twist ending
Kejutannya jempol buangeddd
Ini baru namanya fiksimini
Pinter banget menyembunyikan si Dona
Dari awal, manggilnya Don Don Don Don, jadi pembaca mengira itu si Doni, kalau bukan si Dono.
Barulah di ujungnya ketemu, ternyata si Dona
Luar biasa
Kisah dengan tema lesbian memang banyak
Namun fiksimini dengan bahasa memikat, enak dibaca, dan lancar selancar jalannya kereta listrik dari Gambir ke Tanahabang, rasanya baru kali ini saya temui......
Syufffffffffffffferrrrrrrrrrrrrrrrrrr
Hahaha :D
Deletemakasih kang, semangat buat yang lebih baik lagi :)
Ya harus dong
DeleteHidup ini harus dijalani dengan semangat
Termasuk menulis
Tulisan yang digarap tanpa semangat
Orang yang membacanya pun akan lesu....................
siip kang :)
DeleteNggak nyangka sama sekali dengan endingnya. Keren Mbak.
ReplyDeletehehe ini masih belajar mbak :)
Deletemakasih mbak Tiana :)