Fiksiminiku : Raja Sancang

Sepasang mata berkilau kekuningan, pupilnya menyipit tertimpa cahaya bulan, mengintai di antara ranting kaboa. Gerakannya lincah, sebisu angin. Melangkah anggun dengan ekor terangkat, menyusuri daerah kekuasaannya. Satu loncatan ringan, dia melewati sungai. Bayangan putih megah yang sulit terlupakan mata, menghilang di balik pohon jati tua.

Aku mempercepat langkah, mengejar bayangannya. Puluhan kali menelusuri hutan yang hampir setahun kujaga, baru pertama melihat sosok yang diagungkan pribumi. Sesosok mitos yang begitu mengakar, membelit masyarakat sekitar.

Jejak cakar di tanah menghilang di pintu gua, berganti jejak kaki manusia. Legenda yang selalu kuragukan menampakkan wujudnya, memaksaku mempertanyakan nalar dan kewarasan. 

"Kade, lamun ningali maung anu buntutna kaluhur mun keur leumpang, lain maung biasa eta teh, tapi maung kajajaden*!" Wanti-wanti seorang pribumi tua yang hanya kudengarkan sekilas, terngiang.

Entah harus takut atau terpesona, sosok yang kuikuti bukan sekedar maung "kajajaden", tapi Raja Legenda, penguasa Leuweung Sancang.

-End-

Note : 
  • Terjemahan : "Hati-hati kalau melihat harimau yang ekornya terangkat saat berjalan, itu bukan harimau biasa, tapi harimau jadi-jadian!"

Related Posts:

11 Responses to "Fiksiminiku : Raja Sancang"

  1. Yang saya suka dari cerita ini adalah, bahasanya, huuh indah banget,
    Namun satu hal saya catat
    Rasa kedaerahannya

    Fiksimini ini mengandung mitos
    Yang mungkin bisa menjadi bahan kajian panjang
    Apa benar, harimau berjalan dengan ekor teracung itu kajajaden?
    Jadi mengapa buntutnya sampai teracung
    Dari mana asalnya
    Siapa yang pernah buktikan jika itu kajajaden?

    Fiksimini yang bisa jadi bahan perbincangan, menurut saya, itu fiksimini yang bagus

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih, Kang... iya betul... saya juga hanya tau dari dongeng kakek sewaktu saya kecil... katanya begitu cara membedakannya dari harimau biasa... 'katanya'

      Delete
    2. Sama-sama
      Memangnya Teteh tinggal di daerah mana
      Sampai mendengar kisah semacam itu, karena biasanya, orang tahu sebuah mitos karena pernah tinggal dekat dengan sumber mitos itu.

      Delete
    3. Saya lahir di Bandung, Kang... tapi kakek asli Garut

      Delete
    4. "Oooohhh Asgarrrr" meniru ucapan Koh Acong di film "Ketika Tuhan Jatuh Cinta"

      Delete
    5. hehehe, baru denger saya istilahnya, kang...

      Delete
  2. Wuih ceritanya keren. Nyastra banget bahasanya. Aku suka cerita ini.
    Aku orang sunda campuran, gak ngerti banyak bhs sunda. Pas baca tulisan bhs sundanya, makin salut sama penulis.

    #Rara :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau boleh tahu
      Memang Rara campuran Sunda dengan mana?
      Betawi?

      Delete
    2. Heeee, makasih, Mba Rara :D

      Delete