Lolongan Tengah Malam

Oleh: Umi Sakdiyah

Sejak pindah ke cluster ini, aku tidak pernah tidur nyenyak. Tiap jarum jam merangkak ke angka dua belas, aku selalu terbangun. Lolongan anjing itu selalu mengusik.

Aku meringkuk di balik selimut. Hawa panas kemarau tak mampu memaksaku beranjak. Lolongan dan dengkingan itu semakin ribut. Sepertinya mereka melihat sesuatu. Mungkin makhluk astral yang hanya bisa dipindai oleh ketajaman mata anjing.

Detak jantungku berlarian. Berpacu dengan keringat dingin yang semakin membanjir. Ya Allah, ampuni aku. Sebagai seorang muslim, rasanya tak pantas berbuat sepengecut ini. Aku benar-benar sudah tak tahan. Sebulan sudah aku didera ketakutan. Aku harus mengakhiri semua ini.

Bergegas aku mengambil air wudlu. Komat-kamit kubaca ayat-ayat suci Al-Qur'an. Sebisanya.

Tertatih kuseret langkah menuju jendela. Satu sentakan saja, jantungku pasti lepas dari tangkainya.

Kusibak gorden. Anjing-anjing itu semakin melolong. Mendengking-dengking. Sela-menyela dengan degup jantungku.

Tiba-tiba mataku bersirobok dengan sosok tinggi besar di depan rumah pemilik anjing itu. Oalah... ternyata anjing-anjing itu ribut menyambut tuannya yang baru pulang kerja.

Related Posts:

0 Response to "Lolongan Tengah Malam"

Post a Comment