Don't worry be happy
Don't worry don't do it, be happy
Raggae, aku suka itu. Sore ini duduk dengan alas pasir putih. Berpayung biru langit, setia menanti sunset. Sendiri, bukan dengannya atau mereka. Menikmati kebisingan dari debur ombak. Bercerita bersama peluh yang menetes.
Cukup panas memang, membuat kulit sedikit menghitam. Tapi bagus, jadi tak mirip seperti kaum borjuis. Hah, jika ingat aksi menentang mulut kuasa kemarin rasanya menyebalkan. Seperti berkering air liur! Mau sampai mulut berbusa tetap saja tak ada yang dengar. Malah makin banyak tumbuh parasit. Yah, kapitalis birokrat. Tak tahu malu, hanya untuk kepentingan politik mereka rela mencekik nyawa kaum proletar.
"Kapan kau pikirkan kita?" katanya waktu itu.
Tiba-tiba aku teringat lelaki bodoh yang terus saja membuntutiku seperti aparat-aparat itu. Ia bahkan pernah berkata bahwa baginya, wanita adalah obat kesendirian. Aku jitak kepalanya. Menyebalkan! Ia bahkan tak lebih sexy dari lagu raggae favoritku.
Jadi lupakan!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Membicarakan borjuis dan proletar, menyepak pikiran kepada alam pemikiran Karl Marx dan Engel, yang dipraktikkan oleh para penguasa Rusia dengan ideologi komunisnya. Satu ideologi yang menginginkan manusia, hidup sama rata sama rasa.
ReplyDeleteNamun dalam perkenbangannya kemudian, istilah itu menjadi trend, untuk menyebut kaum bangsawan dengan Borjuis dan gelandangan dengan proletar.
Sunset di pantari, bersama Regae, semula saya kira, kisah ini sudah melepaskan diri dari hiruk pikuknya perasaan memberontak. Akan tetapi sampai ke tengah, namun ke sana juga........Ah masih soal pergerakan. Indah, berbingkaikan lanskap alam, dan isinya, adalah pergolakan protes, seorang rakyat dengan ketidakberdayaannya, kepada pemerintah dengan kesewenangannya.
.. terima kasih mas dana.. :)
ReplyDeleteoh iya saya mau tanya, di blog ini berarti kita boleh menulis cerpen juga ya?
Risa, bisa Risa
DeleteKarena sebenarnya, inti nama blog ini terletak pada kata "fiksi"nya
Nanti beri label "cerpen"
Cantumkan di bawah judulnya.
Oleh: Risa
Menulislah
Saya tunggu, beneran
Setelah saya baca fiksiminimu seru-seru
Cerpen pun pasti lebih seru dari itu, sekali lagi, saya tunggu
.. heheh, iya mas sudah saya tulis cerpennya. :)
ReplyDeleteBahkan sudah saya nikmati cerpennya, dan saya komen dengan komentar kurang ajar,
DeleteMaaf ya kalau komen saya menyakitkan
Mudah-mudahan, lain kali saya bisa komentar lebih menyakitkan lagi
Wuakakakaka
.. gak apa-apa mas. lebih baik komentar pedes dan sesuai dngan keadaannya. dari pada komentar isinya bagus tapi bohong. kan saya mau belajar. :)
ReplyDeleteNamun sebenarnya
DeleteJauh di lubuk hati saya, inginnya
Selalu memberi komentar yang manis, mengingat
Diri saya sendiri pria yang manis
Kalau dilihat di kebun bambu menjelang Isya
.. waduuhhh,,, remang-remang... hmmm
ReplyDelete