Fiksiminiku: Dengan Sepotong Pensil

Air mata ini, hanya bisa tergenang di pelupuk mata, di malam yang tersiram hujan, untuk para pembantu rumah tangga di Medan, yang disiksa dengan keji, bahkan ada yang hingga meninggal dunia, dan atas semua itu, saya, Udin Parsudin, ingin sampaikan kepadamu, istriku, Oh Imi Supermi, supaya tetap di rumah, bersamaku, biar bagaimana keadaan kita, biar makan hanya dari bercocok tanam, biar padi satu musim cuma dapat lima puluh kilogram, biar lauknya hanya ikan dari selokan dan sayurnya cuma seledri, bawang daun, kangkung atau sesekali sup kentang, kita di rumah saja, tidak usah pergi ke kota ya Imi ya, kita rajut cinta bersama, membesarkan anak bersama, hingga kita tua dan tidak usah terpesona pergi ke kota hanya demi iming-iming dua-tiga juta, karena kita dengar dari TV tetangga, betapa mengerikannya kisah-kisah yang terjadi kepada para pembantu rumah tangga. Duh Imi, dengarlah...

Imi, di kertas bekas bungkus asinan ini, saya berpesan dengan tulisan yang, Kamu lihat sendiri, jelek sekali ditulis  dengan sepotong pensil patah bekas anak kita Si Sukro yang baru kelas 2 SD.

Related Posts:

0 Response to "Fiksiminiku: Dengan Sepotong Pensil"

Post a Comment