Fiksiminiku, Hidangan Ternikmatku

Sejak beres Isya
Inginnya tenang, duduk santai menikmati hidangan
Hidangan nikmat di "Fiksiminiku"
Melahap fiksi demi fiksi, sambil mengomentari setiap rasa dan aromanya
Layaknya Pak Bondan mencicipi makanan demi makanan
Kemudian berujar khas
"Maknyuus-nya"

Demikian saya ingin santai
Menutup telinga dari setiap suara, dari setiap gangguan
Dan sepenuhnya di sini, di situs ini
Ramai, teriak, saling komentar, dan nikmat bercengkrama
Bersama para tamu

Orang-orang memberi masukan kepada saya
Saya memberi masukan kepada orang-orang, dan tiada kesibukan lain selain di sini
Saling sahut, saling jawab, hingga mejadi dialog yang panjang, terus ke bawah, sampai tangan pun pegal terus menscroll moush saking banyaknya dialog.....

Inginnya
Begitulah inginnya
Akan tetapi, ada saja gangguan
Anak-anak datang ke ruangan kantor meminjam lap top
Semakin malam, mau makan, ke dapur, di sana banyak piring kotor
Ah malas, kembali lagi ke depan laptop
Ada lagi kerjaan lain, motor belum dimasukkan
Barulah sekarang, setelah waktu nyaris jam sepuluh
Baru saya bisa santai, menghadapi hidangan, menikmati, dan melahapnya satu persatu
Hidangan fiksiminiku, hidangan ternikmatku....

Related Posts:

4 Responses to "Fiksiminiku, Hidangan Ternikmatku"

  1. Hahaha. Benar ini tampak sekalai curcolnya :)

    Saya merasa, fiksimini itu gampang-gampang enggak gampang. Gampang bila hanya melihat jumlah karakternya, perlu latihan bila menelisik mutu, pesan, dan lainnya. Jadi cukup membuat berpikir bagaimana menuangkan opini dalam jumlah kata terbatas tapi unsur-unsur cerita tetap terbangun. Hwah, ngomong apa saya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jiaahhh
      Kok teriak "Ngomong apa saya?"
      Yang Mbak Kayla omongka ya jelaslah Mbak
      Mbak sedang berbicara tentang fiksimini sebagai sebuah dunia
      Sebuah gaya tercantik dalam menulis fiksi
      Yang penulisannya tak bisa sembarangan, tak bisa dipandang gampang, tak pula boleh dipandang susah......

      Susah-susah gampang!

      Delete
  2. Keren tuuh istilahnya, gaya tercantik dalam menulis fiksi.

    ReplyDelete
  3. Hmmm...fiksimini...fiksimini....
    Itulah yang selalu memenuhi benak dan pikiran Kang Dana, juga saya he he he.... sayang ...sarana gak menunjang

    ReplyDelete