Fiksiminiku: Terhalang

Ucapan ibunya masih terngiang di telinganya saat ia memperlihatkan surat yang baru selesai ia baca.
"Raihlah cita - citamu, nak! Ibu sangat bangga."
Itu bukan hanya ungkapan kegembiraan saja meliankan juga do'a restu. Ia pun sangat bersemangat untuk melanjutkan pendidikan tinggi di kota. Ya, ia mendapat rekomendasi untuk meraih beasiswa penuh jenjang strata 1. Langkah terakhirnya adalah harus mengikuti seleksi di kampus seminggu mendatang.
Prahara terjadi tiga hari sebelum ia berangkat. Hujan deras yang mengguyut desanya telah memberi kepedihan yang mendalam. Bukit yang memunggungi desanya telah rata. Tanah, bebatuan, dan batang - batang pohon mengubur desanya. Kini ia pun terdiam mematung dengan tatapan kosong. Berdiri di atas tanah lumpur, sambil terus mencari jasad ibunya yang masih terkubur. Ya, Rumahnya telah menghilang. Isinya pun lenyap, termasuk surat rekomendasi dari Universitas.

Majalaya, 17 Desember 2014

Related Posts:

1 Response to "Fiksiminiku: Terhalang"

  1. Kisah ini membuat saya tenggelam dalam kelam duka Banjarnegara
    Kampung yang tenggelam ditelan reruntuhan bukit di atasnya
    Duka mendalam untuk mereka yang meninggal
    Semoga mereka diterima amal baik dan keimanannya
    Semoga keluarganya tabah menahan beban duka dan tetap bersemangat menjalani sisa hidup mereka............

    ReplyDelete