Dulu, ketika batang-batang hijau tumbuh subur, kerlip kami menyamai bintang di langit. Dulu, ketika tanah basah berair jernih, jumlah kami ribuan. Dulu, ketika hanya sinar bulan yang meramaikan, kami adalah diva dunia malam. Terbang bebas, memamerkan cahaya hidup, menghiasi kebun dan sungai.
Tapi batang-batang hijau itu semakin jarang, tak ada tempat untuk kami menari di kelopak warna-warninya. Tanah-tanah basah tidak lagi berair jernih, penuh dengan benda-benda berbau menyengat. Ibu kami pun, kehilangan tempat untuk menaungi telur-telur penerus siklus.
Kini, jumlah kami berkurang, hingga tinggal aku seorang. Terbang berputar, bingung dan kesepian. Sayapku mulai lemah, lelah mencari induk dan kawan. Napasku sesak, tersumpal bau mencekat. Aku pun merebahkan tubuh di tanah, yang kini keras bercampur beton dan aspal. Mungkin sudah waktunya bermimpi, supaya bisa kembali ke masa lalu. Ah, betapa aku merindukan dulu.
-End-
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Fiksimini "Go Green" yang mantap dan nikmat
ReplyDeleteSaya baca dini hari jam setengah tiga, dan rasa kata-katanya itu lho
Feminim buangedddddd, syruuuuuff.......siutttttttt sejuknya serasa tiupan Air Conditioner di Mollll
Yang saya bayangkan saat membaca kisah ini adalah kunang-kunang
ReplyDeleteDi kebun, di sungai
Indah sekali
Iya juga ya kalau saya ingat-ingat,
Sekarang kunang-kunang sudah tidak ada
Ke manakah dia? Namun di daerah saya, ada yang dengan kejam
Menyebutkan jika kunang-kunang berasal dari kuku mayat
Semburangannn buangedddddddd
Heheehe, sama Kang di daerah saya juga... Makanya suka di usir kalau masuk rumah
ReplyDeleteIya, sekarang ga pernah liat, tapi kemarin-kemarin, abis maghrib saya liat seekor, terbang muter-muter, kaya yang bingung... sedih liatnya...
Kok saya jadi ikut sedih
DeleteWah
Era euy lalaki melow
jangan malu atuh, Kang... anggap sebagai tanda kepedulian :D
ReplyDeleteih bagus teh fikminnya...
ReplyDeleteitu loh bahasanya... selalu kaya dengan diksi.
^^,
Makasih Rara ^^
Delete