Fiksiminiku : Bulan

Dia pernah bercita-cita ingin jadi astronot. "Ingin main ke bulan," katanya. Ingin ketemu Nini Anteh*) dan kucingnya, yang sering disebut dalam cerita dongeng ayahnya.

Dia suka sekali memandangi bulan dari jendela kamarnya. Menatapnya tanpa berkedip. Jika kebetulan lengah, dicurinya bulan secepat kilat. Bulan baru. Bulan perahu. Bulan sabit. Bulan separuh. Bulan terang. Bulan suram. Satu persatu dikumpulkan. Disimpan. Disusun rapih dalam lemari. Tak peduli warga kampung kebingungan, kehilangan bulan saban malam.

Sesekali, dibiarkannya bulan berserak di atas ranjang. Bulan miliknya. Bulan tetangga. Bulan kerabat. Juga bulan-bulan yang entah milih siapa. Bergantian, bulan dimainkan. Dimandikan. Diberi baju. Dibedaki. Diciumi. Dibawa tidur.

Begitulah kerjanya setiap malam, sejak sang ayah sering datang ke atas ranjangnya, sekedar menitipkan bulan di dalam perutnya.


Catatan kecil :
*) Nini Anteh adalah tokoh imajiner dalam sebuah dongeng di tatar Sunda. Ia adalah seorang nenek yang tinggal di bulan, ditemani seekor kucing bernama Candramawat. Konon, kerjaan Nini Anteh setiap hari menenun, entah untuk siapa dan sudah berapa banyak kain yang dihasilkannya.  Barangkali untuk membungkus bulan bila suatu saat diperlukan ... heheheh

Related Posts:

10 Responses to "Fiksiminiku : Bulan"

  1. .. bagus.. :) tapi pas saya baca pargraf ke dua, ceritanya hampir kaya cerpennya seno gumira aji darma. yang judulnya sepotong senja untuk pacarku... munkin kebetulan, tapi keren ceritanya .. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah hebat
      Risa ternyata pembaca yang baik
      Risa banyak baca karya-karya para sastrawan ya?
      Memang benar kata para penulis terkenal
      Para pembaca yang rajin, biasanya juga dia penulis yang baik

      Sip Risa
      Jika memang suka
      Mudah-mudahan, bisa saya bagikan buku-buku elektronik di situs ini
      Banyak dari buku itu yang merupakan novel sastra, terjemahan, dan novel pop juga ada

      Delete
    2. .. dalam bentuk ebook ya mas, heheh saya mau saya mau... novelnya pramoedya ananta toer pasti gak ada yang dalam bentuk ebook ya, huft :(

      Delete
    3. Risa,
      Ada, tapi formatnya Djavu

      Delete
    4. .. kalau boleh, heheheh bagi-bagi dong mas... biar saya baca..

      Delete
  2. Nah, ini dia cerita yang buat saya benar-benar terguling
    Sejak awal sudah curiga
    Bulan ini akan mengarah kepada perut yang telat bulan setelah menelan barang haram, hahah
    Dan masya Allah ujungnya, ampun
    Haruuuuuuuuuuuuuuuuug
    Akhir zaman sekalih
    Ayah
    Oh ayahnyakah yang bejat atau memang si anak sendiri yang sukses terdidik bejat
    Tidak jauh dari kecamatan saya
    Ada anak yang hamil oleh ayahnya. Sekarang mungkin sudah melahirkan
    Kemarin-kemarin, saya baca lagi, kasusnya di Sumatra, sama juga anak dihamili ayahnya.

    Masya Allah,
    Ya Allah, segala puji bagi-Mu
    Kami memohon perlindungan dari akhlaq ahli neraka........
    Meski saya sendiri tidak tahu, layak tidaknya diri ini masuk sorga

    ReplyDelete
  3. Terimakasih atas apresiasinya, Mbak Risa dan Kang Dana. Semoga Mbak dan Akang tidak mengira saya melakukan tindakan plagiarisme karena kemiripan cerita yang Mbak Risa temukan dalam fiksimini saya dan dalam cerpen "Sepotong Senja Untuk Pacarku"-nya Seno Gumira Ajidarma. Sejujurnya, saya baru membaca cerpen itu sore tadi, setelah membaca komentar Mbak Risa. Saya memang bukan seorang pembaca yang baik, sampai-sampai cerpen sengetop itu terlewatkan, tak pernah saya membacanya. Padahal, judul cerpen itu sudah lama saya dengar. Sedemikian populernya cerpen itu, sampai-sampai saya menemukan begitu banyak blog dan web yang (dengan atau tanpa sepengetahuan SGA) sengaja memposting/mempublikasikannya.

    Setelah membacanya, saya baru menemukan kemiripan yang mbak Risa maksudkan. Si Aku di SSUP, memotong senja seolah-olah senja itu semacam buah atau benda padat yang bisa dipotong, kemudian dibawanya untuk diberikan kepada Alina, pacarnya. Dalam fiksimini saya yang berjudul "Bulan", Si Dia memetik bulan dari langit, dan menyimpannya dalam lemari, juga sewaktu-waktu memainkannya. Memang mirip. Tapi, sekali lagi saya berharap, mudah-mudahan Mbak Risa, juga pembaca lainnya tidak menganggap saya melakukan tindakan plagiarisme.

    Fiksimini di atas sebenarnya alih bahasa dari fiksimini berbahasa sunda dengan judul sama. Fiksimini tersebut, ada di buku kumpulan fiksimini basa sunda saya, "Lalaki Na Bulan Keretas", yang terbit tahun 2012. Barangkali Kang Dana pernah membacanya. Fiksimininya sendiri, saya tulis bulan Oktober 2011. Saya menulis fiksimini tersebut ketika menemukan entri "bulan" pada Kamus Basa Sunda susunan R. Satjadibrata terbitan Kiblat. Di dalam kamus itu, entri bulan dijelaskan sedemikian detail. Diterangkan pengertian bulan dari berbagai sudut pandang, juga macam-macam bulan, bentuk-bentuk bulan, sampai nama bulan dalam berbagai penanggalan/kalender. Dari situlah saya mendapat ide untuk menulis fiksimini ini. Tentunya setelah saya endapkan sekian lama, dan saya perbuas dengan kisah tragis yang sedang lumayan marak terjadi di negeri kita.

    Adapun soal kemiripan tadi, mungkin itu sebuah kebetulan. Dan itu sangat wajar, saya rasa.

    Untuk perbandingan, berikut link fiksimini "Bulan" dalam versi bahasa Sunda:
    http://www.facebook.com/groups/fikminsunda/263462753695299/
    atau
    http://fikminsunda.com/naskah/250242435017331_263462753695299

    Terimakasih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. .. iya mungkin tak sengaja mirip saja,,, :) maaf ya bukannya saya menuduh, hanya saja pas baca saya langsung ingat Seno Gumira Aji Darma... lanjutkan saja berkaryanya... semangaaaatttt!! :)

      Delete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  5. Entah mengapa, sampai sekarang, saya belum begitu bersemangat mempermasalahkan plagiarisme. Mungkin karena saya menganggapm, meski pun benar seseorang melakukan peniruan terhadap kisah orang lain, maka justru itu akan semakin menambah cerita yang ditirunya, dan sama sekali tidak merugikan. Jadi untuk apa dipermasalahkan.

    Itu kalau memang benar hasil peniruan.

    Sedangkan ini, kisah Aang, yang saya yakin Aang berkata apa adanya, tanpa ditambah tanpa dikurang, saya percaya. Dan saya kira, mungkin,.....ini mungkin, bila pun benar terjadi kesamaan, kesamaan itu terjadi disebabkan kesamaan proses kreatifnya. Sebagaimana Aang melakukan pengkajian terhadap ragam bahasa di kamus, beserta berbagai contoh penerapannya, mungkin itu pula yang dilakukan oleh Seno Gumira Ajidarma sebelum menulis ceritanya.

    ReplyDelete