Buku Novel Aisyah Putri

Ingat, waktu itu, saya masih Madrasah Aliyah. Sering bolos sekolah, dan kabur ke perpustakaan, saking gilanya saya membaca. Lain dari perpustakaan, rajin pula ke toko buku. Hari sudah sore, hujan-hujanan. Demi apa?

Buku Aisyah Putri.

Lupa lagi saya dapat info dari mana, entah dari siapa, sampai begitu nafsu ingin beli buku ini. Yang jelas, bela-belain jauh, bela-belain hujan-hujanan, habis ongkos, tekor jajan, cuma buat dapat ini buku. 

Oh ya, tiba-tiba saya ingat. Saya tertarik dengan buku itu, ya karena sering melihatnya jika ke toko buku. Lama berdiri, membaca depannya, belakangnya. Di sana tertera tulisan, jika buku ini, ceritanya mengalir. Nah, sebagai pencinta nulis, saya ingin tahu seperti apa cerita mengalir itu?

Demi buku ini, jatah jajan jadi korban. Padahal sedianya, itu buat bekal sebulan. Tak mengapa, asal dapat buku ini. Siapa tahu, setelah baca, gaya tulisnya bisa saya tiru. Terus terang sejak itu, gila menulis saya mulai datang. Bahkan sudah parah. Jika kangker, mungkin sudah stadium 2. Beli buku apapun sesungguhnya, biar saya sedot gaya tulisnya.

Dan memang memuaskan. Setelah dibaca, isinya asyik. Bukan dusta jika jilidnya mengatakan, cerita di dalamnya mengalir. Tidak rumit, mudah pikiran lemot saya mengikutinya. Sebab ini cerita remaja, dan saya sendiri waktu itu masih remaja, jiwa saya benar-benar terlibat. Rasa-rasanya, saya seperti langsung menyaksikan adegannya di depan saya. Bagaimana ramainya Aisyah Putri di rumah, canda tawa dia bersama kakak-kakaknya, bagaimana serunya dia di sekolah, bersama para temannya yang gokil. Bagai orang gila, saya terbawa ketawa sendiri.

Waktu sadar itu buku karya wanita, juga tentang anak perempuan, terus sadar saya ini anak laki-laki, cukup memalukan juga. Untungnya saya, sadah dari dulu menjadi orang tak tahu malu. Untungnya setelah buku ini dibeli, yang suka bukan cuma saya. Para teman pun antusias. Mereka pinjam. Dan satu kali baca, mereka tak bisa lepas, sebelum bisa tamatkan ceritanya. Dari tangan ke tangan, peminjam meminjamkan lagi, meminjamkan lagi, terus estafet, sampai ketika waktu itu pulang ke tangan saya, kondisinya sudah parah. Jilidnya lusuh, lembaran banyak yang lepas, padahal saya sendiri, belum puas membaca. Mengingat segala korban saya membelinya, rasanya ngenes banget.

Namun di atas segalanya, justru saya menemukan sesuatu. Banyaknya peminjam buku ini, antusiasnya orang membaca, ini tanda, jika buku yang saya beli ini bukan buku jomblo. Bukan buku malang, yang terlahir, untuk menyendiri kesepian di lemari. Namun buku gaul, yang disuka banyak orang. Banyak pencintanya.

Buku ini tersusun dalam bentuk serial. Sehingga, langsung buka ke bab berapa pun, cerita tetap bisa kita pahami. Waktu itu saya beli Aisyah Putri sekitar tahun 2001. Sekarang sudah 2014. Nah, berapa tahun itu terlewat?

13 Tahun. Entah sudah ke mana buku saya itu. Sesudah dia malang tercabik-cabik, akhirnya hilang tanpa riwayat.

Namun syukurlah. Penulis punya dokumen. Buku ini kembali revisi. Oktober 2014 kembali terbit, dengan jilid lebih cantik. Perwajahan memuaskan. Cocok dengan selera anak muda, terutama para gadis. 

Bagi para ibu yang punya gadis, buku ini kado cantik bagi putra-putri Anda.

Related Posts:

1 Response to "Buku Novel Aisyah Putri"