Fiksimini: Belum Juga Menghasilkan Kotoran

Saya coba hidup bertani, namun bingung cari pupuk. Untuk itu, datang ide mengurus kambing. Dan Pak Wawan yang baik, membuatkan saya kandang kambing. Satu bulan kemudian, beres. Dan saya bahagia. Sekarang, sudah punya kandang kambing. Berdiri anggun, di pinggir kolam, di bawah rerimbunan daun nangka.

Bukan kambing. Sebenarnya saya ingin mengurus domba. Lebih melelahkan tak mengapa. Orang katakan, ngurus kambing ringan, makanannya bisa dedaunan, namun domba harus rumput melulu, dan selain itu, harus dimandikan, harus dicukur. Ya tidak mengapa. Saya tetap memilih domba. Meski, harus cape cari rumput, mencukur bulunya, dan menghamilinya. Maksud saya membuatnya hamil dengan mengawinkannya.

Tak mengapa lelah, sebab kata orang, harga domba lebih mahal.

Saya katakan di awal, harapan terbesar dari domba ini kotorannya, namun hingga dua minggu setelah kandang selesai, kotoran belum dihasilkan. Sebab, dombanya pun belum ada. 


===================

Ini kisah sepintas lalu, dan mungkin, tidak mengandung twist Ending. Tentu saja tidak termasuk fiksimini bagus. Tapi saya tetap menuliskannya, sebagai pelajaran, buat bahan perbincangan fiksimini juga. Kisah sepintas lalu, inilah yang ingin saya tunjukkan. Seringkali inpirasi mampir di kepala, dan ingin kita tulis, namun, jadi cerpen tak bisa karena terlalu pendek, dan, jadi puisi pun tidak bisa, karena tak pandai mengolah kata.  Lalu jadi apa?

Ya inilah, jadi fiksimini.
Abadikan inspirasi sepintas lalu, yang mampir di kepala Anda menjadi fiksimini.


Related Posts:

2 Responses to "Fiksimini: Belum Juga Menghasilkan Kotoran"

  1. Saya punya dua ekor kelinci. Tapi belum ada kandangnya. Mereka berlarian bebas di kebun belakang rumah. Kotorannya? Jangan tanya!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mbak punya kelincinya, saya punya kandangnya
      Cocok Mbak
      Bagaimana kalau kita kerjasama?

      Delete