Fiksimini: Tak Terima

Sesaat suasana hampa. Kau diam. Tak bersuara, tak pula bertingkah. Terlalu lama waktu kau biarkan berlalu begitu saja. Gesekan rel kereta memecahkan keheningan. Peluit panjang tanda pergatian penumpang. Namun kau tetap diam dalam keramaian.

Aku lelah menunggu kata. Wajahmu sendu, matamu tak bercahaya. Tak biasanya kau biarkan pikiranku penuh tanda tanya.

"Sindy ... aku telah berjanji padamu, namun tak akan bisa kutepati." Bicaramu pilu. Aku tersentak. Tak dapat kutangkap maksud kalimatmu itu.

"Don, ada apa?"

"Hubungan ini tak akan sampai pada ikatan suci." Kau tertunduk.

"Kenapa, Don ... apa kau sudah tak mencintaiku?"

Kau menggelengkan kepala, menatapku penuh rasa bersalah.

"Aku mencintaimu, Sindy, tapi yang kuharapkan hanyalah perbedaan."

Kini kumengerti. Air mata menetes bersama jiwamu yang mulai jauh meninggalkanku sendiri. Mengapa aku terlahir seperti ini? Terlahir sebagai wanita yang juga mencintai wanita sepertimu, Dona.

Related Posts:

6 Responses to "Fiksimini: Tak Terima"

  1. Hahahayy
    Ternyata twist ending
    Kejutannya jempol buangeddd
    Ini baru namanya fiksimini
    Pinter banget menyembunyikan si Dona
    Dari awal, manggilnya Don Don Don Don, jadi pembaca mengira itu si Doni, kalau bukan si Dono.
    Barulah di ujungnya ketemu, ternyata si Dona


    Luar biasa
    Kisah dengan tema lesbian memang banyak
    Namun fiksimini dengan bahasa memikat, enak dibaca, dan lancar selancar jalannya kereta listrik dari Gambir ke Tanahabang, rasanya baru kali ini saya temui......

    Syufffffffffffffferrrrrrrrrrrrrrrrrrr

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha :D
      makasih kang, semangat buat yang lebih baik lagi :)

      Delete
    2. Ya harus dong
      Hidup ini harus dijalani dengan semangat
      Termasuk menulis
      Tulisan yang digarap tanpa semangat
      Orang yang membacanya pun akan lesu....................

      Delete
  2. Nggak nyangka sama sekali dengan endingnya. Keren Mbak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe ini masih belajar mbak :)
      makasih mbak Tiana :)

      Delete