Jika Sudah Ngantuk, Tidur Saja!

Jangan paksakan diri. Jika sudah ngantuk tidur saja. Ini point lain dari cara hidup ringan. Ya telah saya sebutkan di tulisan lainnya, bahwa saya mendapatkan inspirasi untuk membuat tulisan--dan kalau banyak mudah-mudahan menjadi buku--tentang cara hidup ringan. Dan tidak memaksakan diri, ini resep lain, supaya hidup terasa ringan.

Terkadang saya ingin menulis sebanyak-banyaknya. Malam gadang, dan menghabiskan waktu sampai pagi untuk menulis. Perasaan itu datang jam dua belas malam. Melihat jam sudah pukul dua puluh tiga lebih. Lama-lama, jadi pukul nol nol. Saat itulah, datang pikiran untuk menulis lagi judul tulisan baru, dan menggarapnya hingga pagi, namun badan, sudah terasa lemah, ngantuk dan minta dibaringkan. Nah, jika sudah begini, maka saya menasihati diri supaya tidur saja, tidak perlu memaksakan diri.

Lagi pula, memaksakan diri menulis dalam keadaan badan lelah pun tak ada gunanya. Sering saya paksakan diri menulis, terus menulis, dan menuliskan apa saja asal banyak, dan sudah bisa Anda tebak bagaimana hasilnya. Saat saya mengeditnya ulang, tulisan itu banyak sekali yang salah, dan banyak sekali bagiannya, yang terpaksa saya hapus, hingga yang tersisa dari tulisan itu cuma sedikit. Jadinya terbuang percuma. Waktu, pikiran, tenaga yang sudah saya curahkan jadi tersia-sia. Maka lucu jadinya, niat saya ingin memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, dengan tidak tidur karena tidur saya anggap buang-buang waktu, namun yang ada, malah sebaliknya, waktu dan tenaga itu bukan termanfaatkan, malah terbuang percuma.

Lebih lucunya lagi saya suka marah. Jika ngantuk datang, saya suka marah-marah. Mengeluhkan diri saya mengapa begini lemah. Mengapa tak bisa bertahan terus kerja saat ngantuk datang, Atau, mengapa ngantuk ini susah sekali saya hilangkan. Pernah waktu itu malam wisudaan, dan saya harus menyelesaikan menulis absensi mahasiswa yang demikian banyak, lengkap dengan judul skripsi mereka, karena lembaran itu akan dipakai pada keesokan harinya. Itu tengah malam, dan tentu saja saya lelah. Mata berkali-kali terkatup, dan kepala berkali-kali mengangguk. Tahukah Anda, waktu itu, tidak tahu malu, saya malah marah-marah, teriak-teriak, memukul meja, menendang kursi, padahal di gedung itu banyak orang. Sebenarnya, itu saya lakukan demi supaya, siapa tahu ngantuk ini hilang. Namun rupanya tidak.

Badan memerlukan istirahat. Sebagaimana pernah Nabi sabdakan kepada kepada Abdullah bin Amr bin Ash sewaktu sahabat yang satu ini, kelihatan oleh Nabi terlalu banjyak beribadah, selalu berpuasa, menghabiskan malam buat shalat, dan meninggalkan istrinya.

"Wahai Abdullah, sesungguhnya bagi dirimu ada hak, bagi istri dan keluargamu ada hak, dan bagi jasadmu ada hak. Maka, masing-masing ada haknya."

Saya seorang muslim dan, jika Anda sama dengan saya, maka Islam bukanlah agama yang meminta kepada umatnya supaya berbuat berlebihan. Islam adalah agamanya yang mengajarkan supaya bersikap pertengahan. Kerja keras sangat dihargai, namun, jika sampai merusaka kesehatan badan, itu sangat tidak dianjurkan. Kerja adalah ibadah, dan menjaga kesehatan badan adalah ibadah juga. Badan ini titipan dari Allah, dan menjaga titipan tentu ajan mengundang kasih sayang dari-Nya. Ketika kita jaga badan dan kesehatan kita, maka pemilik badan ini mudah-mudahan menjaga kita.

Hidup ringan adalah tidak memaksakan diri. Tidak memaksakan diri melakukan perbuatan yang diri sudah lemah, tidak bisa melakukannya. Seperti Anda yang mungkin cinta menulis atau membaca, atau menghafal untuk ulangan hari esok, namun Anda rasakan badan sudah lemah, sudahlah tidur saja. Maka nasihat "Masih ada hari esok" dalam hal ini sangat sesuai buat Anda. 

"Masih ada hari esok". Seketika saya teringat pengalaman saya beberapa hari lalu. Panen di sawah. Semua padi saya sabit bersama istri, dan menumpuk tangkai-tangkainya di sepanjang pematang. Sebagian lain di tengah sawah, sebab rencananya, sehabis menyabit itu, kami akan mengangkut dna mengumpulkannya di tempat teduh, untuk kemudian kami tanggalkan bulir-bulirnya dua hari kemudian. Maka pemandangan yang terjadi kemudian adalah, tangkai-tangkai padi yang sudah kami sabit itu berhamparan di seluas sawah, dan baru ada waktu bagi kami mengambilnya, setelah  waktu Ashar tiba. Tentu saja Ashar itu waktunya istirahat kerja. Semula, saya dan istri sepakat, untuk kerja hingga jam lima sore, namun lama-lama, badan lelah juga, dan teringat anak kami di rumah, yang ditinggalkan bersama bibinya. Kasihan dia bersama orang, pengasuhannya pasti alakadarnya, takkan sebaik seperti jika bersama ibunya. Maka, meski ingin pengangkutan padi selesai hari itu, meski khawatir bulirnya akan berjatuhkan di pematang karena dimalamkan, kami memutuskan berhenti saja. "Masih ada hari esok" begitu yang saya bisikkan ketika hasrat ingin meneruskan kerja berbisik-bisik di dalam kepala.

Related Posts:

0 Response to "Jika Sudah Ngantuk, Tidur Saja!"

Post a Comment