"Mak, Mamat pengen makan ayam." Mamat merengek. Emak hanya menghela napas berat.
"Mak? Mamat bosen lauk tempe terus," keluh Mamat lagi.
"Emak belum punya uang, Mat. Nanti, kalau Emak punya uang ya."
Dengan wajah kesal, Mamat berjalan ke warung makan pinggir jalan. Memesan dua bungkus nasi putih plus dua potong tempe goreng.
Pemilik warung meminta Mamat menunggu. Beliau sedang sibuk membungkus pesanan. Sepuluh bungkus nasi putih plus ayam goreng. Mamat melihatnya tanpa berkedip. Hampir saja air liurnya menetes.
"Ini pesananmu." Suara pemilik warung menyadarkan Mamat. Setelah memberikan uang, Mamat pulang.
Malas Mamat membuka menu makan siangnya. Seketika Mamat terkejut. Di depannya itu nasi plus ayam goreng yang tadi dilihatnya. Mamat bersiap melahap ayam gorengnya sampai ...
"Lho, itu makanan siapa, Mat? Cepat kembalikan." Emak heran melihat makanan Mamat yang tidak seperti biasanya.
Mamat membungkus kembali nasi itu dengan wajah cemberut. Kembali ke warung untuk menyerahkan bungkusan nasi itu.
"Bu, nasinya tertukar."
Kudus, 19 Desember 2014
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Hahaha, kalau orang lain menulis Bayi Yang Tertukar
ReplyDeleteNuril Islam menulis NASI YANG TERTUKAR
Mengingatkan saya pada sebuah sekolah
Waktu itu sedang ramai film TIGA PULUH HARI MENCARI CINTA
Dalam pesta kenaikan kelas, sekolah itu membuat film TIGA PULUH HARI MENCARI KITAB.
Membuat judu, dengan memlesetkan dari apa yang sudah umum orang dengar adalah bagian dari kreatifitas menulis
Kejujuran, itulah yang kisah ini ajarkan
ReplyDeleteMesk sudah di depan mata, dan lidah sangat menginginkannya, namun rasa harga diri, keinginan hanya memakan yang halal, moral, akhlak, bahkan mungkin keimanan, mencegah tangan mengambil apa yang bukan haknya:
TELADAN LUAR BIASA
Sip, terukan Nuril Islam
Kamu produktifff
Terima kasih Kak Dana untuk 'siraman' penyemangatnya. Semoga karya sederhana saya ini bisa menginspirasi saya dan kawan semua.
ReplyDelete