Ada berita dukacita dari tetangga rumah Muti, seorang ibu telah meninggal dunia. Sebagai tetangga yang baik, Muti dan ibunya membantu di sana. Muti bersama ibu-ibu tetangga lain membantu meronce bunga. Sedangkan ibunya melayani para pelayat.
"Nanti ronceannya, bunga-bunga ini, ya!" seorang ibu memberitahu Muti dan lainnya.
Muti memperhatikan sambil mangut. Dia tidak kenal semua nama bunga yang akan dironce itu, selain melati, kenanga, daun pandan, kamboja dan mawar. Kemudian dia pun langsung meronce dengan senyum keikhlasan.
Tim pemandi jenazah pun tiba, mereka langsung mengurusi jenazah almarhumah tersebut. Mereka sudah menyiapkan segala sesuatunya.
Kini jenazah sudah siap diberangkatkan ke masjid untuk disalatkan. Keranda sudah didatangkan dari inventaris masjid.
"Bunga roncenya mana?" tanya Pak RT.
"Ini, Pak RT!" jawab Muti.
Ada tujuh roncean bunga buat penghias keranda. Tapi satu roncean bunga tidak seperti biasanya. Daun pandannya dibiarkan menjuntai, sedangkan yang lain dilipat-lipat.
Ibu Muti mencubit paha anaknya dari belakang.
"Aduh!" teriak Muti.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Hahaha
ReplyDeleteIstilah baru nih
Saya baru dengar ada kata "Roncean"
Lingkunganmu di sana Betawi ya Ra?
Tentang rangkaian bunga, saya punya pertanyaan
Sebenarnya bunga itu lambang dari apa ya.
Jika dia lambang duka cita, mengapa harus ada saat orang menikah?
Jika dia lambang bahagia, mengapa saat meninggal orang dikirim karangan bunga?
Saya suka kisah ini
ReplyDeleteBosan sebenarnya menyebut tulisanmu enak dibaca
Tapi bagaimana lagi, saya tak tahan buat menyebut ini, emang begitu nyatanya
Namun satu hal yang membuat saya semakin suka, adalah temanya
Sosial
Kemauan campur gaul dengan orang, dalam masalah kemasyarakatan, menurut saya ini hal yang luar biasa dari prestasi seorang manusia. Tiada gunanya bertahun-tahun sekolah mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial, jika dengan orang lain saja tidak mau bergaul. Seperti ditunjukkan si Muti....yang ikut meronce bunga pada kematian tetangganya.
Tunggu sebentar....Muti.....
Ehmmh Muti, rasanya kenal sama ini nama
Jangan-jangan mutiara
Jangan-jangan si Tiara, jangan-jangan......
Wah, bukan
Tapi mungkin bukan
Ah sudahlah....
Hahaha. Kang Dana ingat tokoh saya rupanya. Ah kebetulan saja nama tokoh kita sama, ya, Mbak Rara. Dan kebetulan lagi saya lebih dulu memunculkannya di Fiksimini. Eh ini modus, biar Mbak Rara mau nengok Fikmin saya yang berjudul MUTIARA. Ciii-haa!
ReplyDeleteMbak Kayla
DeleteNgomong-ngomong soal nama
Saya jadi minder dengan nama saya
Soalnya di bangsa Sunda ada kebiasaan begini,
Jadi ujung nama pertama, harus disamakan dengan bunyi ujung nama kedua
Misalnya IMIN PARMIN
MAMAN SUHERMAN
Saya khawatirnya, bagian nama saya,
Orang menyebut saya DANA CELANA
Hak-hak-hak. Masih bagusan, Kang. Coba ada yang ngarang jadi Dana Bencana ... Kidding :)
ReplyDeleteWuakakkak
DeleteWah makin parah!
Kang dana, mungkin yg dimaksud meronce itu, menyusun atau merangkai sesuatu dgn seutas tali, memasukannya menggunakan jarum.
ReplyDeleteDan hasilnya bisa dipanjangkan atau dilingkarkan seperti rantai.
Menurut Rara, lambang bunga itu fleksibel. Bisa buat moment apa saja. Tergantung tujuan, aneka macam bunga dan bentuk rangkaiannya seperti apa.
Gak mungkin kan, roncean aneka macam bunga buat penghias keranda dikalungkan pada mempelai pengantin pria oleh calon mertuanya.? Hehe
RA
Kang Dana, Mba Kayla, nama tokoh Muti itu Mutiara diambil TiaRa, hehe.
ReplyDeleteTapi ceritanya tetap fiksi.
Iya, saya udah baca fikmin Mutiara nya mba kayla.
Sangat menyentuh sekali menyinggung komunikasi antar sahabat.
Met rehat mba kayla dan kang dana
ReplyDelete