Fiksiminiku: Rumah Kenangan

Jalan mendaki ini berbatu-batu. Keringat berlelehan, padahal hari masih gelap. Adzan shubuh pun belum terdengar. Dengan berjalan kaki, bahagia nian kumelaluinya. Sebab di balik bukit sana, akan kutemui sebuah rumah sederhana, berpondasi balok batu, berlantai ubin kayu, berdinding anyaman bambu, beratapkan rumbia. Masihkah ada keluargaku tersisa, setelah lama kutinggalkan.

Kurasakan, perjalanan ini semakin indah, saat sebuah lagu mengalun merdu, "Cintaku kepadamu. Tak akan pernah layu. Baaagaikan bunga surgaaaa, yang segar selamaanyaaaa...."

Ah, akhirnya sampai juga. Kudengar, dari dalam suara masih ramai. Kubuka pintu, oh keluargaku, kalian masih ada, meski yang tersisa masih satu dua. Ini aku datang lagi. Kita hangatkan lagi rumah ini. Kita cintai, kita urus lag. Mudah-mudahan, ini menjadi rumah terindah kita. 

Tunggu sebentar, aku membawa ukiran kayu. Yo kita pasang di pintu depan. 
Nah, lihatlah bagus bukan. Coba Sifa kamu baca.

"Fiksimini Bahasa Indonesia" ucap Sifa, adik bungsuku.

Related Posts:

0 Response to "Fiksiminiku: Rumah Kenangan"

Post a Comment