Senja, ketika sebuah pesan masuk ke ponselku.
“Yayu, ajarin PR Bahasa Inggris.”
Itu pesan dari adikku. Entah, tiap kali aku menerima pesan
seperti itu, hatiku selalu terasa sesak. Bukan karena enggan mengajarinya. Tapi
karena…
“Halo,” terdengar suara dari seberang.
Aku senang ketika adikku antusias mengerjakan tugas
sekolahnya. Dulu, saat dia masih SD, untuk menyuruhnya mau belajar bahkan kami
harus beradu mulut. Tapi sekarang, ketika kesadaran belajarnya mulai tumbuh,
ketika semangatnya berapi-api, aku justru merasa sedih.
“Ngomongnya yang bener! Kalau Bahasa Inggris cara bacanya
beda!” bentakku.
Dia kembali mengulang sebuah soal yang membuatnya rumit. Tapi
begitu ia mengulangi, aku membentaknya lagi. Dia begitu lambat mengerti apa
yang kuucapkan. Hingga kekesalannya membuncah,
“Anjing! Belajar cuma di omelin terus!”
Lalu suara di seberang terputus.
Pipiku terasa hangat. Ah! Seharusnya aku bisa bersabar lagi.
Dia, seharusnya kudukung agar tak bosan menggapai mimpinya.
Dan saat itu, aku baru tahu bahwa aku telah mengikis
semangatnya. Ah!
Komentar Admin:
Bahasanya sudah lancar dan enak dibaca. Daya sentuh kisahnya juga. Jika Anda terus menulis dan terus menulis apapun kisah yang menginspirasi kepala Anda, maka semakin lama, kemampuan menulis Anda akan semakin terasah. Bagaikan otot badan, semakin sering otot itu dipakai, bukannya semakin lemah, akan tetapi, sebaliknya, akan semakin kuat dan bertambah besar.
Ini kisah tentang pendidikan. Saya tersenyum membacanya. Karena, ini kisah tentang orang-orang yang susah mengendalikan diri. Dan itu, bukan derita satu dua orang. Ini derita banyak orang tua. Satu sisi orang tua sayang kepada anaknya, namun di sisi lain, seringkali mereka kurang terampil menahan amarah. Kehilangan kesabaran untuk menahan diri dari membentak. Padahal, anak itu manusia juga seperti dirinya. Jika dirinya tidak mau dibentak, maka si anak pun tentu saja punya perasaan yang sama.
Akan tetapi, sebagian besar orang tua terjebak dalam kotak. Terjebak dalam kotak yang membuatnya hanya bisa melihat kesalahan ada pada diri si anak. Banyak orang tua yang menganggap, dirinya sudah benar, sudah melakukan yang terbaik, dan sama sekali tak menyadari, sikap kurang menyenangkan si anak, itu bersumber dari sikap kurang baik dirinya. Misalnya anak yang tumbuh besar menjadi seorang yang suka membentak kepada orang tua, sebetulnya, sangat mungkin, terdidik oleh kebiasaan orang tua sendiri, waktu anak itu kecil, si orang tua sering membentak si anak sewaktu jengkel.
Sip. Kisah yang mengandung banyak pelajaran.
terimakasih komentarnya Min, (kang dana bukan ya?)
ReplyDeleteiya, tapi kemudian sejak cerita itu selesai saya jadi lebih memikirkan adik saya. alhamdulillah, menurut penuturan orang tua, sekarang dia lebih sering belajar sendiri (red: mencari jawaban di buku sendiri). tapi tetap saja penyesalan itu masih ada.. :(
Sama-sama Mbak,
DeleteIya admin itu saya
Dana
Eh Mbak Supinah, jadi ini dari kisah nyata ya. Maaf jika di sana saya terlalu menggurui. Haha itu saking semangatnya mengapresiasi. Saya sangat terharu jika memang dia keluarga Mbak, sebenarnya, anak yang saya sebut rajin dibentak bukan siapa-siapa melainkan orang orang terdekat saya juga, namun ya begitulah kelemahan kita, manusia bisa, mungkin memang iya belum maksimal dalam mendidik jiwa.
Mbak terima kasih atas kehadiranya di sini. Bukan rumah siapa-siapa. Blog ini rumah kita semua. Itulah sebabnya, alangkah baiknya, jika aktifitas, lebih banyak kita lakukan di sini, dari mulai diskusi, menulis, atau pun ya ngobrol-ngobrol biasa.
Jika kita lebih banyak di sini, maka google akan lebih mudah mengindeks dan rumah ini, lebih mudah ditemukan mesin pencari
hehe, iya Kang :)
Deleteinsya Allah betah deh di sini,, berasa di rumah sendiri, setelah kemarin lama vacum,
Syukurlah!
DeleteDan lebih bagus lagi, jika sambil mbak menulis
Sambil juga terus manggali
Pengetahuan seputar dunia tulis-menulis.
Untuk kemudian mbak bagikan kepada orang lain
Baik dengann cara menulis artikel langsung, atau dengan cara memberi komentar
ikut nyimak.
ReplyDeletehai mbak Rara, silahkan di krisan :)
DeleteTeh Rara, terima kasih rendah hatinya
DeleteNabi sudah memberi janji
Siapa saja berendah hati, Allah akan membuatnya semakin tinggi
Saya sendiri masih jungkir balik bila berhadapan dengan namanya 'amarah' apalagi kalau keadaan sedang lelah. Semua yang tampak dalam pandangan seolah salah. Anak-anak memang menguji kita dengan berbagai polah, tak peduli apa kita sedang mengantuk, pusing atau susah.
ReplyDeleteHahaha,
DeleteMbak Kayra luar biasa
Komennya saja berima, apalagi fiksimininya
Dan itu mencipta nada
Di hati pembaca
Saat menelaahnya, akakakakk