Fiksimini : Seniman

Pada dasarnya manusia memang mencintai keindahan. Mereka diciptakan memiliki rasa.
Mereka mengubah bunyi-bunyian menjadi karya seni yang hebat. Ada pula yang merangkai huruf demi huruf dan kata demi kata menjadi alur yang memesona.
Belum lagi di sebelah sana, yang membuat kuas-kuas menari indah diatas kanvas, setiap goresannya mengandung jutaan cerita yang tak terucapkan.
Pun para penangkap gambar, mereka atur lensa agar kita dapat melihat dunia dari sisi yang berbeda. Hebat bukan?
Dan hari itu aku dibuat kagum dengan sebuah karya seni yang tak kalah hebat. Paras anggun dengan senyum tipis. Dari caranya bertutur kata aku tahu bahwa dia cerdas. Aku diam karena takjub.
Lalu ada yang berbisik di telingaku.
"Lihatlah, karya seni dari seniman yang Maha segalanya."
Aku menjawab tak bersuara.
"Ya, aku tahu. Dia pula yang sekarang mengubah irama detak jantungku menjadi lebih cepat dari biasanya."


=================================

KOMENTAR ADMIN:

Ahahah, ada-ada saja. Semua yang Allah ciptakan memang mengandung nilai seni yang tinggi Kang. Keindahan yang luar biasa. Nikmat nian saya membaca ini. Dari awal saya membaca begitu lancar, tidak ada kata janggal, tak ada ucap tersendat, namun meluncur deras dari bari awal, kedua, ketiga, keempat, hingga selesai...

Padahal, saya membaca ini jam 11.14 menit. Seharusnya, badan sudah lemas, dan mata sudah ngantuk. Tapi ketika saya membaca ini, pikiran terasa segar.

Hebat Kang, saya suka cara menulisnya yang jalan-jalan dulu sana-sini membahas masalah seni, namun berujung pada indahnya memandang seseorang.

Eh tunggu sebentar, itu yang dipandangnya siapa dulu?
Seorang wanita?
Sudahkah dia jadi istri? Kalau sudah, alhamdulillah.
Memandangnya dengan syahwat dan penuh cinta, memang mengundang rahmat Allah.

Haha, maaf
Saya nulis gaya-gaya so suci....

Related Posts:

5 Responses to "Fiksimini : Seniman"

  1. "Mereka mengubah bunyi-bunyian menjadi karya seni yang hebat" saya ambil ungkapan ini untuk renungan malam. Teringat malam sebelumnya seorang teman menginap, lalu memutar suara alat musik dari bambu yang disebut karinding. Ini musik tradisional daerah kita, Sunda, namun sudah banyak dilupakan orang.

    Ini kelebihan manusia dibanding makhluq lainnya. Jika makhluq lain cenderung apa adanya. Kalau burung kutilang menyanyi sejak dulu ya nyanyiannya begitu. Sedangkan manusia, jika dulu menyanyi saja, sekarang mengolah suara-suara dari berbagai benda dan menjadikannya alat musik pengiring bagi nyanyiannya.

    Orang pandai berkata, bahwa itu semua ciri manusia berbudaya. Namun sebagai seorang mukmin, saya berkata, bahwa itu semua tanda, bahwa Allah menciptakan manusia dengan istimewa. Kebih bagus dari sisi akal dari makhluq lainnya. Rasa indah di dalamnya jiwanya bisa dia ekspresikan ke dalam berbagai hal, menjadi karya-karya seni indah luar biasa.

    Ah, saya jadi ingat lagu Rhoma Irama, yang judulnya Bungsa Surga
    Jadi ingin kembali dengar
    Jangan ngintip ya Kang, aku mau menikmatinya sendiri.......

    ReplyDelete
  2. Kebetulan sampai hari ini saya masih bujangan. Dan cukuplah dia sempat hadir sejenak di hati ini hahahahaha.
    oh karinding? kebetulan juga saya gabung di komunitas musik bambu dan kadang bermain karinding (walaupun gak jago) hhe

    ReplyDelete
  3. Cieee. Ini ditujukan pada siapa hayo? Semoga bukan menjadikan dikau sebatas pengagum rahasia. Aamiin. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Duuuuhh...itu kisah lama mbak, hehe. Sudah entah kemana sekarang.

      Delete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete