Fiksimini: Karena (Bukan) Aku

Diam. Tak mampu kugunakan semua indra tuk melawan. Bagaimanapun perkataan mereka tak bisa dianggap salah. Semua akan musnah. Di antara luasnya pengetahuan, tak terdapat lagi masa depan. Harapan, hilang.

Tatapan mata tajam. Menitikkan setiap inci pada makhluk bermakna istimewa. Aku membenci semuanya. Duniaku yang dulu bersinar, kini hitam tenggelam malam.

"Dev, benarkah?" Dino membenarkan posisi duduknya.

Aku menggelengkan kepala. Hanya padanya, aku merasa tak akan dianggap serendah perkataan mereka.

"Mengapa tak katakan yang sebenarnya?" Dino memasang muka tak karuan.

"Kurasa tidak bisa."

"Aku yakin bisa, Dev."

"Kau tahu, bisa saja kujelaskan dari awal bahwa aku bukanlah seperti yang mereka katakan. Namun bagaimana dengan kakakku, yang memang melakukan pekerjaan itu?"

Dino tak bersuara. Mataku lebam, perlahan terpejam. Tak bisa kujaga lagi rahasia ini. Aku tak tahan, dihina sebagai wanita murahan.

Related Posts:

11 Responses to "Fiksimini: Karena (Bukan) Aku"

  1. Waduh tegang sekali perasaan akuh waktu membaca ini
    Ini tidak adil
    Masa cuma karena si kakak suka berbuat serong, adiknya jadi kebawa
    Apa semua buah yang jatuh dari sebuah pohon itu busuk semua, tidak kan?
    Ah orang-orang
    Memang suka seenaknya
    Memang jarang orang tepo sliro
    Siiiiiiiiipppppp, kisahnya sukses bikin penasaran,
    Mengundang emosi dan masalahnya, aduuuuuuuhhhh, buat saya bingung ngasih solusi......

    Oh Dev, biar kudengarkan!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha aduh, Kang Dana jadi ikutan marah :D
      makasih kang, ini juga masih dalam proses belajar :)

      Delete
    2. Tak seorang pun yang tidak belajar Ayu
      Semua orang belajar
      Termasuk saya
      Bahkan saya, belajar kepada setiap postingan yang datang
      Bahkan tulisan saya sendiri, masih banyak kelirunya, baik dari sisi logika, keilmiahannya, atau pun dari tata cara penulisannya.
      Jadi, jika mau mengkritik saya
      Jangan pernah segan....

      Delete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Iya begitulah kalau sudah dicontoh keluarga, disangkanya kita punya sifat sama dgn kelakuan keluarga yg negatif. ..
    Mari jaga pretise diri aja, tunjukkan kita bukan seperti pelaku :) eh apa coba maksud komenku. hehe.

    Siiip.. buat fikminnya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe siip mbak rara :)
      makasih :)

      Delete
    2. Rara
      Seperti kamu
      Karena saya kira keluargamu para santri semua
      Jadinya, saya menganggapmu santri juga. Dan emang bener sih
      Kamu kan santri, atau.....bekas santri ya.....gak gak gak

      Makanya pas dulu kemasan rambutmu Kabu buka, habis-habisan aku menggombal biar kamu jadi risih....trus kamu bungkus lagi deh.

      Eh lupa,
      Iya waktu itu
      Kamu kembali kepada kesolehan bukan sebab saya

      Delete
    3. Weeh, kang Dana belajar jadi raja gombalnya mbak Rara :D ciee :) *ehh

      Delete
  4. kembangkan terus bakatmu... jangan pernah putus asa... :)

    ReplyDelete