Diam. Tak mampu kugunakan semua indra tuk melawan. Bagaimanapun perkataan mereka tak bisa dianggap salah. Semua akan musnah. Di antara luasnya pengetahuan, tak terdapat lagi masa depan. Harapan, hilang.
Tatapan mata tajam. Menitikkan setiap inci pada makhluk bermakna istimewa. Aku membenci semuanya. Duniaku yang dulu bersinar, kini hitam tenggelam malam.
"Dev, benarkah?" Dino membenarkan posisi duduknya.
Aku menggelengkan kepala. Hanya padanya, aku merasa tak akan dianggap serendah perkataan mereka.
"Mengapa tak katakan yang sebenarnya?" Dino memasang muka tak karuan.
"Kurasa tidak bisa."
"Aku yakin bisa, Dev."
"Kau tahu, bisa saja kujelaskan dari awal bahwa aku bukanlah seperti yang mereka katakan. Namun bagaimana dengan kakakku, yang memang melakukan pekerjaan itu?"
Dino tak bersuara. Mataku lebam, perlahan terpejam. Tak bisa kujaga lagi rahasia ini. Aku tak tahan, dihina sebagai wanita murahan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Waduh tegang sekali perasaan akuh waktu membaca ini
ReplyDeleteIni tidak adil
Masa cuma karena si kakak suka berbuat serong, adiknya jadi kebawa
Apa semua buah yang jatuh dari sebuah pohon itu busuk semua, tidak kan?
Ah orang-orang
Memang suka seenaknya
Memang jarang orang tepo sliro
Siiiiiiiiipppppp, kisahnya sukses bikin penasaran,
Mengundang emosi dan masalahnya, aduuuuuuuhhhh, buat saya bingung ngasih solusi......
Oh Dev, biar kudengarkan!
Haha aduh, Kang Dana jadi ikutan marah :D
Deletemakasih kang, ini juga masih dalam proses belajar :)
Tak seorang pun yang tidak belajar Ayu
DeleteSemua orang belajar
Termasuk saya
Bahkan saya, belajar kepada setiap postingan yang datang
Bahkan tulisan saya sendiri, masih banyak kelirunya, baik dari sisi logika, keilmiahannya, atau pun dari tata cara penulisannya.
Jadi, jika mau mengkritik saya
Jangan pernah segan....
siip kang :)
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteIya begitulah kalau sudah dicontoh keluarga, disangkanya kita punya sifat sama dgn kelakuan keluarga yg negatif. ..
ReplyDeleteMari jaga pretise diri aja, tunjukkan kita bukan seperti pelaku :) eh apa coba maksud komenku. hehe.
Siiip.. buat fikminnya :)
hehe siip mbak rara :)
Deletemakasih :)
Rara
DeleteSeperti kamu
Karena saya kira keluargamu para santri semua
Jadinya, saya menganggapmu santri juga. Dan emang bener sih
Kamu kan santri, atau.....bekas santri ya.....gak gak gak
Makanya pas dulu kemasan rambutmu Kabu buka, habis-habisan aku menggombal biar kamu jadi risih....trus kamu bungkus lagi deh.
Eh lupa,
Iya waktu itu
Kamu kembali kepada kesolehan bukan sebab saya
Weeh, kang Dana belajar jadi raja gombalnya mbak Rara :D ciee :) *ehh
Deletekembangkan terus bakatmu... jangan pernah putus asa... :)
ReplyDeletesiip... makasih Pungky :)
Delete