Asrama Baru Bernama Fiksiminiku

Di satu puncak pegunungan, saya bangun sebuah rumah. Vila lebih tepatnya. Dan vila itu, saya namai kangdana.com. Berbagai aktivitas saya lakukan di sana: bercerita, berpuisi, berbagi buku, ngoceh, ngobrol sendiri, sampai membuang sampah pikiran, nyaris semuanya saya lakukan di sana. Rumah itu beberapa kali saya perindah, saya rombak, dengan harapan menjadi lebih baik dan lebih baik lagi, namun seindah apapun rumah itu, saya rasakan kejenuhan?

Mengapa?

Karena rumah itu saya konsep, hanya buat tempat tinggal saya sendiri. Tuan rumahnya, adalah saya sendiri, dan orang lain, tak punya hak buat bicara, mengemukakan pendapat, bercerita. Mereka hanya berhak mengomentari tulisan saya.

Dan akibatnya, duhai sepinya. Sepi, jarang tamu mau datang. Kecuali kalau ada perlu. Misalnya orang yang membutuhkan buku. Orang yang tidak perlu, mana mau singgah ke sana. Rumah saya menjadi sepi, berjamur, dan saya menjadi jenuh. Akhirnya saya keluar, mulai melangkah meninggalkannya, kemudian di mulut gerbang, mencoba menatap balik, "Oh, rumahku. eh, lebih tepatnya rumah sewaanku. Aku menyewamu setahun sembilan puluh satu ribu. Memang nyaman berada di sana, akan tetapi, ketenangan itu ternyata membosankan. Saya bukan seorang pertapa, akan tetapi, mungkin seorang sosialis komunis. Eh bukan, bukan komunis yang suka melakukan kekejaman, bukan. Maksud saya, saya orangnya lebih menyukai keramaian, dan termasuk orang yang yakin, jika di tengah keramaian, saya akan lebih banyak mendapatkan keberuntungan. Jadi oh rumahku, kangdana.com, selamat tinggal. Saya akan pergi meninggalkanmu, karena memang, masa sewamu akan segera habis, nanti Januari 2015."

Saya pun melangkah pergi dengan sebuah gendolan berisi pakaian, dan, tanpa uang sepeserpun, karena saya optimis, di tengah keramaian banyak orang, saya takkan butuh lagi apa yang namanya uang. Di tengan keramaian, saya akan lebih mudah mendapatkan uang. Dengan cara mencopet misalnya. Tapi ah tidak. Tidak mau mencopet. Mencopet butuh kecerdasan dan sekolah tinggi. Terlebih jika mencopetnya ingin lebih profesional, harus pintar berpolitik supaya bisa menduduki kursi lembaga pemerintahan. Saya belum bisa, karenya, mungkin nanti di tengah keramaian, akan mencari uang dengan cara lain saja. Bukan dengan cara mencopet, melainkan dengan mengemis.

Dan begitulah akhirnya, saya mendatangi sebuah keramaian. Ke tengah sebuah pasar, kemudian mencari kardus bekas, menghamparkannya, kemudian duduk dan mulai menengadahkan tangan. Duhai nasib, tenyata tak seorang pun mau memberi. Usahlah memberi, bahkan menoleh pun tidak. Sampai siang menengadahkan tangan, cangkang bekas minuman gelas di depan saya masih kosong. Sampai akhirnya, lewat seorang bapak berkecamata. Pakaiannya biasa saja, namun melihat sepatu mengkilatnya, saya yakin  ini orang punya banyak duit. Akhirnya dengan memelas dan malu-malu, saya pun mencoba merayunya, "Kasihanilah saya Pak! Saya butuh uang! Saya ingin membuat bangunan!"
"Bangunan apa?"
"Saya ingin membangun asramah. Tempat kami bisa tinggal bersama-sama."
"Siapa saja yang akan tinggal di sana?"
"Ah siapa saja, dengan gratis."
"Oh ya, kira-kira menghabiskan uang berapa?"
"Mungkin sekitar......." saya pun menyebutkan sejumlah uang. Dan mengagumkan, ternyata orang itu baik sekali hatinya. Dia raba saku celananya, kemudian memberikan seikat uang seratus ribuan. Nah, jadi begitulah sodara-sodara, akhirnya dengan uang itu saya membangun asrama baru. Dan asramah baru ini bernama Fiksiminiku.com

Sekarang sudah jadi.
Alhamdulillah meski sederhana, namun siapa saja, boleh datang ke sana. Boleh ngobrol, membicarakan banyak hal. Dan karena asrama ini bernama fiksiminiku, ya obrolahnnya pun harus sekitar itu, dan berbagai perbincangan seputar sastra. Beberapa orang telah datang menjadi saudara seatap di asramah ini. Sebagian mereka telah berbagi dan saling mengapresiasi sastra, karena sebagian besar penghuni, adalah para pencinta buku, sastra, dan tentu saja, orang-orang yang gila menulis.

Demikianlah, rumah tinggal saya telah resmi pindah. Meski masa sewa vila kangdana.com belum habis,akan tetapi, saya sudah sungkan beraktivitas di sana. Namanya juga sudah punya yang baru. Kadang suka lupa dengan yang tua. Jadi bagi Anda para pengunjung setia kangdana.com, sekalian kisah ini pun saya anggap sepucuk surat untuk Anda, bahwa saya, sekarang, lebih banyak di sini, di rumah baru, www.fiksiminiku.com. Bersama teman seasrama, di rumah ini kami mengulas, mengomentari berbagai karya tulis sesama penghuni asrama, setelah menikmatinya. Karena memang, itulah tujuannya dibangun situs sederhana ini. Untuk saling berbagi, saling menikmati, dan saling mengapresiasi untuk saling memercikkan api. Api semangat menulis, yang dari semangat menulis ini saya harap, terbit juga syahwat cinta kepada bahasa dan sastra. Sehingga karenanya, gengsi asrama ini pun naik lebih tinggi lagi.

Related Posts:

0 Response to "Asrama Baru Bernama Fiksiminiku"

Post a Comment