Fiksimini : Anak Haram

"Dasar anak haram!" begitu sering cacian itu kudengar. Hingga tak asing di telingaku. Mukaku memerah. Tangan terkepal. Kutahan amarahku. Teringat nasihat yang sering Ibu ucapkan.

"Mengapa mereka memanggilku seperti itu?" kataku penasaran. Mulut Ibu terkatup. Kilau bening keluar dari sudut matanya. "Aku ingin tahu, siapa dan di mana Ayahku?" Nanar, Ibu menatapku. Wajahnya memucat. Kali ini hatiku tak tergoyahkan.

"Bu! Kalau Ibu tetap tak mau memberitahu siapa Ayah, akan kucari sendiri. Walau harus ke ujung dunia." Teriakku dengan geram. Ibu tersentak. Tangisnya mendadak reda. Bibirnya bergetar hebat. Tatapannya dingin, menusuk. Diamnya Ibu membuat kemarahanku memuncak. Tanpa sepatah kata pun, aku beranjak ke kamar. Kumasukkan beberapa potong pakaian ke dalam tas.

"Nak, mau ke mana?" Ibu telah berdiri di sampingku.

"Mencari Ayah!" Ibu menghalangi langkahku dengan dekapan eratnya. Aku meronta sekuatnya sampai Ibu terjatuh. Emosiku belum juga reda. Hingga Ibu mengatakan, kalau Ayah jadi korban salah tangkap. Dihakimi masa. Nyawanya tak tertolong.


Related Posts:

27 Responses to "Fiksimini : Anak Haram"

  1. Bagus kejutannya teh
    Tidak basi, tidak seperti biasanya kisah anak haram
    Di mana yang lain mah biasanya malah berdakwah supaya jangan menyebut anak haram, karena yang haram bukan anaknya, yang haram itu kelakuan orang tuanya, sedangkan anaknya tidak bersalah.

    Namun kisah yang ini tidak, ayah si anak meninggal karena menjadi korban salah tangkap, dan yang paling mengerikan, dia meninggal karena dihakimi masa. Ini mengingatkan saya kepada kasus Sengkon dan Karta, yang ditangkap atas kesalahan yang tidak pernah dia lakukan.

    Teh ada beberapa catatan, sebagai koreksi cara penulisannya Teh, semoga Teteh berkenan, tapi ini akan saya tulis pada komen berikutnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Siap, Kang! Jangankan dikoreksi, sampai dihina dan dimarahi juga, gara-gara fikmin, pernah hehehe

      Delete
    2. Waduh masah pernah sih Teh, itu yang memarahinya belum makan dan kurang tidur kali ya. Kata Ilmu Pengetahuan Sosial, terjadinya orang marah biasanya karena lapar, karena miskin. Semoga sekarang orang itu sudah banyak uang Teh. Asa kabina-bina pisan ari kudu ngambek gara-gara fikmin mah. Edaaaassss.

      Delete
    3. Yang jelas, ini bukan karena masalah ekonomi, tapi akibat larut dalam emosi fikmin yang saya buat ha ha ha....
      Alhamdulillaah, sekarang dia jadi penggemar setia heu...

      Delete
    4. Begitulah Teh, kadang orang-orang paling sadis sama kita, pada akhirnya menjadi orang yang paling akrab. Mungkin, karena memang sudah digariskan Al-Qur'an, jika kejahatan dibalas kebaikan, maka tiba-tiba, orang yang tadinya buruk pun, bisa menjadi teman yang setia. (QS Fushshilat [41]: 34).

      Delete
    5. Benar, Kang!
      Telah saya alami dan saya rasakan.

      Delete
  2. Yang pertama, setelah tanda kutip huruf harus kecil Teh, tidak boleh kapital, kecuali jika memang itu kata yang harus menggunakan huruf kapital seperti nama orang, nama hari, nama bulan, nama lembaga dan sebagainya.

    Misalnya, pada tulisan di atas, saya menemukan:

    "Dasar anak haram!" Begitu sering cacian itu kudengar.

    Maka seharusnya ditulis:

    "Dasar anak haram!" begitu sering cacian itu kudengar.

    Dan yang lainnya juga Teh, penulisan setelah tanda kutip menggunakan hurup besar. Terus terang, saya juga tahu aturan ini kemarin-kemarin. Sebelumnya kurang saya perhatikan, namun setelah ada orang berani mengkritik tulisan saya, jadi tahu, ternyata dalam aturan, setelah tanda kutip itu harusnya kecil.

    Yang kedua, penggunaan kata "di". Jika setelah kata "di" menunjukkan kata tempat, atau isyarat tempat, maka penulisannya harus dipisahkan. Misalnya di atas ada kalimat:

    "Aku ingin tahu, siapa dan dimana Ayahku?"


    Maka seharusnya:

    "Aku ingin tahu, siapa dan di mana Ayahku?"


    Itu saja Teh, semoga berkenan.
    Ah ini mah cuma bagi-bagi ilmu saja yang saya tahu. Kan sudah janji saya, membuka situs ini untuk berbagi dan saling mengoreksi.

    Saya harap Teteh juga berbagi komentar sama yang lainnya Teh
    Jangan sungkan, semoga pengetahuan yang Teteh bagikan
    Jadi amal

    ReplyDelete
    Replies
    1. Awal saya menulis di FBS, setelah tanda "! atau ?" selalu diikuti dengan huruf awal kecil. Tapi Mbi Eni memberitahu bahwa penulisannya harus pakai huruf awal kapital. Sejak itu saya ubah cara penulisannya, malahan ikut mengoreksi cara penulisan orang lain.hehe... Dan sampai sekarang, saya belum pernah melihat lagi buku EYD. Tapi akan saya ikuti aturan main Kang Dana.
      Tentang penulisan "di" yang disatukan, itu murni salah ketik.
      Trima kasih atas koreksinya.

      Delete
    2. Sama Teh, saya juga belum pernah melihat aturan EYD. Hanya karena orang lebih banyak menyebut begitu saja, maka saya mengatakan setelah tanda kutip, hurupnya jangan kapital. Ya mungkin di sinilah pentingnya saya membuka kembali buku pelajaran Bahasa Indonesia, karena sebenarnya, itu modal besar jika saya mau berkiprah lebih serius di Fiksimini Bahasa Indonesia.

      Delete
    3. Saya tunggu konfirmasi tentang penulisan yang seharusnya...
      Kalau kita ingin mengacu kepada EYD, tentunya harus total, ya Kang? Artinya, bukan hanya cara penulisan tapi juga dengan penggunaan kalimat. Tapi saya masih melihat penggunaan kalimat "gaul" dalam beberapa fiksimini, termasuk yang tayang di MediaTrans.
      Apa pendapat Kang Dana?

      Delete
    4. Teh Neni, ini beberapa ketentuan yang saya temukan dari situs www.beranicerita.com

      penggunaan kalimat dialog yang benar?

      1. Mengawali kalimat dialog dengan huruf kapital tanpa didahului spasi.

      "Ayo!" serunya. [benar]
      "ayo!" serunya. [salah]
      " Ayo!" serunya. [salah]

      2. Jika kalimat dialog diakhiri tanda koma, maka setelah tanda petik penutup, kata berikutnya diawali huruf kecil. Tanda koma diletakkan sebelum tanda petik penutup.

      "Nanti kita pulang pukul sepuluh," jelas ibu. [benar]
      "Nanti kita pulang pukul sepuluh", Jelas ibu. [salah]

      3. Jika kalimat dialog diakhiri tanda titik, maka setelah tanda petik penutup, kata berikutnya diawali huruf besar. Tanda titik diletakkan sebelum tanda petik penutup.

      "Aku mengerti sekarang." Dia menatap Toni. [benar]
      "Aku mengerti sekarang." dia menatap Toni. [salah]

      4. Jika ada dua dialog dalam satu kalimat, maka dialog kedua diawali huruf kecil.

      "Tapi ini mustahil," ia menarik nafas, "aku tak mengira ini bisa terjadi."

      Catatan: pada contoh ini jika dijadikan jadi satu kalimat akan menjadi: "Tapi ini mustahil, aku tak mengira ini bisa terjadi."
      Kalimat ini tidak bisa dipisah menjadi dua kalimat berbeda.

      5. Jika kalimat dialog ditutup dengan tanda tanya/seru, maka tidak diikuti oleh tanda titik atau koma. Setelah tanda petik penutup, kata berikutnya diawali huruf kecil (kecuali kata sapaan)

      "Tutup pintu itu!" teriak Lukman. [benar]
      "Kenapa terlambat?", cecar Ratna. [salah]
      "Mau yang ini?" Tawar Rina. [salah]

      6. Jika kalimat dialog dilanjutkan dengan kalimat baru, maka kalimat baru tersebut diawali huruf kapital.

      "Aku sudah muak dengan kelakuanmu! Ceraikan aku!" Segera Ranti meraih tasnya, keluar dan membanting pintu.

      7. Kalimat dialog dari dua tokoh berbeda harus ditulis paragraf baru.

      8. Kata sapaan dalam kalimat harus diawali dengan huruf kapital, baik kalimat dialog ataupun kalimat narasi/deskripsi.

      "Sabarlah sedikit lagi, Nak," bujuk Ibu.
      "Sudah bertemu dengan Paman?" tanya Adik.

      9. Tanda elipsis (tiga titik) pada kalimat terputus digunakan untuk pengucapan dialog yang terhenti sejenak. Cara penulisannya memakai spasi sebelum dan setelah tanda elipsis.

      "Aku hanya ingin semua ... berakhir," akunya.

      10. Jika tanda elipsis berada di akhir kalimat, maka dialog diakhiri tanda titik, tanda tanya atau tanda seru.

      "Aku tak ingin bicara sekarang ...," elak Tina.
      "Kupikir engkau berbeda tapi ternyata ...." Ia memandang mata Roni lekat.

      Delete
    5. Berdasarkan sumber di atas, saya mendapatkan pelajaran. Tidak semua huruf setelah tanda kutip itu harus kecil, juga tidak semua huruf setelah tanda kutip itu harus kapital. Sangat tergantung tanda sebelum tanda kutip akhir. Hurup kapital hanya digunakan jika sebelum tanda kutip menggunakan tanda titik.

      Delete
    6. Oh ya Teh
      Masalah pemakaian bahasa gaul dalam fiksi yang saya kirimkan ke Transmedia, terus terang itu terjadi karena keteledoran saya dalam menyeleksi. Asal copas, langsung saya kirimkan.

      Padahal, seharusnya,
      Itu tidak terjadi
      Pemakaian bahasa gaul, boleh saja dipakai, asal dalam percakapan, atau dalam tanda kutip.
      Jika di luar tanda kutip, pemakaian bahasa gaul tidak diperkenankan.

      Delete
    7. Makasih banget buat infonya.

      Delete
    8. Tapi saya belum puas, masih ada yang ingin saya tanyakan. Boleh kan? (bari maksa).
      1. Apakah semua fiksimini yang dikirim ke blog akan dimuat seluruhnya di MediaTrans?
      2. Adakah aturan untuk mengirimkan fiksimini ke blog? Misalnya, sehari 1 fiksimini atau seminggu 1 fiksimini, dst.

      Delete
  3. Saya baca ulang komen saya
    Rupanya
    Banyak juga salahnya
    Hahaha, ari ka orang lain mah bisa mencari kesalahan
    Ari kana kesalahan diri sendiri mah tidak bisa melihat

    ReplyDelete
  4. Namanya juga manusia, tempat salah...heuheu
    Oh, iya Kang! bagaimana cara melihat komentar untuk kita di blog yang cepat/praktis?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Teh Neni,
      Iya, untuk ini memang tidak ada notifikasi
      Mungkin caranya, dengan sering-sering membuka postingan kita saja
      Karena saya, insya Allah akan berusaha membaca, mengomentari, dan ngabageakeun setiap postingan yang datang.......

      Delete
  5. Masalahnya, jaringan di daerah sering jelek. Terkadang hanya bisa digunakan saat menjelang tengah malam sampai subuh.
    Pokona mah riweuh, Kang...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha,
      Iya saya maklum
      Saya merasakan cepatnya akses juga
      Karena internetan ini menggunakan speedy
      Tidak tahu deh kalau saya menggunakan modem, mungkin
      Akan susah sinyal

      Ya mudah-mudahan
      Ketekunan Teteh menulis, dan konsisten menulis buat berbagi kebaikan. Itu menjadi doa buat Teteh, semoga ke depannya mendapatkan koneksi internet cepat...

      Delete
  6. Luar biasa ilmu yang saya dapat hari ini dari Kang Dana dan Teh Neni. Saya mah nyimak aja ah hehe. Kebetulan lagi baca-baca EYD di android dan semua yang dijelaskan diatas memang benar. Cuma mungkin tambahan aja. Karena kebanyakan orang terpaku dengan tanda kutip dua ("...") dengan format diatas, kadang tanda kutip dua dipakai untuk kata yang asing. Nah jika itu terdapat di akhir kalimat maka tanda bacanya di luar tanda petik. Contoh: Pagi itu dia memakai celana "cutbrai". karena kadang-kadang disamakan dengan dialog (menaruh tanda bacanya di dalam). con: Pagi itu dia memakai celana "cutbrai." [salah]
    satu lagi, tanda kutip bisa digunakan juga untuk idem. contoh:
    Zaman bukan Jaman
    Asas " Azas
    Plaza " Plasa
    Mungkin itu aja hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya betul Kang
      Tanda kutip berguna bukan cuma buat dialog
      Namun juga buat istilah asing, judul buku, dan untuk kata tertentu yang digunakan bukan buat nama sebenarnya.

      Delete
    2. Trima kasih buat tambahan ilmunya, Kang Toni.

      Delete
  7. Cara untuk mengetahui ada balasan komentar, berilah tanda centang pada kolom beri tahu saya. Nanti ada pemberitahuan lewat email. Kalau di emailnya ada di hape kan pasti cepat pemberitahuannya. Untuk masalah ejaan, bolehlah mampir ke http://www.bahasaindonesiabaku21.com. Mudah-mudahan manfaat.

    ReplyDelete
  8. Makasih buat infonya, Neng Nurus!

    ReplyDelete