Fiksimini: Reno

Sumber : rencanarumah.com (ilustrasi kamar kost Reno)


Reno menghempaskan badan ke sofa. Huda, sahabatnya baru saja dari kamar mandi.

"Demo lagi, Ren?" tanya Huda sembari mengelap air bekas wudu dengan handuk.

"Biasalah, Hud," jawabnya seraya menyedot es teh dari gelas plastik bertutup. Huda menggeleng melihat kebiasaan temannya.

"Salat yuk, Ren? Waktu maghrib sudah mau habis," pinta Huda.

"Ah, kamu salat saja sana! Aku masih capek," kilah Reno kemudian berdiri, melangkah ke kamarnya, membanting pintu.

"Ren ... kamu baru saja memperjuangkan hak-hak umat yang katamu diinjak-injak pemerintah kebebasannya. Kok masih ogah-ogahan salat sih?" tanya Huda sambil mengetuk pelan pintu kamar Reno.

"Kamu mau bilang, kalau salat itu tiang agama, kan?" tanya Reno dari dalam kamar. Huda diam.

"Aku sudah hapal kok. Barang siapa menegakkannya maka dia benar-benar menegakkan agama. Barang siapa yang meninggalkannya maka dia benar-benar merobohkan agama," ledek Reno disusul tawa renyahnya. Huda memilih masuk ke kamar.  

Semoga petunjuk lebih dulu menyadarkanmu sebelum maut, Ren.

@kontemplasi diri

Related Posts:

3 Responses to "Fiksimini: Reno"

  1. Hahaha,
    Kepada umat peduli, kepada diri sendiri tidak peduli
    Miris dan menyakitkan sekali!

    Saya sering mendengar orang yang waktu demonstrasi takbirnya keras sekali menggelegar, tapi shalat Shubuh saja kesiangan. Dia takbir memperdengarkan keagungan Allah kepada orang lain, tapi kepada dirinya sendiri ucapan takbir itu seperti tidak terdengar,

    ReplyDelete
  2. Satu malam saya tinggalkan, fiksi ini kembali saya baca ulang, dan satu hal baru saya dapatkan. Bagian ujungnya itulah, ternyata sebuah ironi. Menyakitkan, dan orang seperti itu banyak sekali Mbak. Tahu, bahkan paling hafal dalilnya, namun dalam pelaksanaan, dia paling sungkan.


    Masih mendingan, jika sebatas tidak melakukan
    Ini si Reno lebih parah
    Dia malah menjadikan ilmunya menjadi alat meledek orang!
    Itu bejatnya berlipat-lipat.
    Namun salut dengan tindakan huda,
    Dia memilih diam dan mendoakan, artinya, dia memberi nasihat bukan bersuber dari egoisme dirinya, melainkan, murni karena cinta kepada seorang teman.

    ReplyDelete
  3. Terima kasih apresiasinya, Kang. Anda teramat sangat cerdas sehingga demikian detail mampu memahami tulisan saya yang belum sempurna. Luar biasa. Subhanalloh. Iya, banyak terjadi kok di kalangan para mahasiswa sendiri (efek mencuri info saja)

    ReplyDelete