Fiksimini: Cantik

Mematut sambil menatap cermin, aku berucap sendirian.

“Aku cantik”, 

Aku melanjutkan,“Tapi cantik itu kan hidungnya mancung, rambut hitam panjang terurai, gigi putih nan rapi, kaki jenjang, berkulit putih dan blablabalabala. Sedankan aku.....”.

Mendadak dari dalam kaca ada yang berkata,” Kata siapa kriteria cantik seperti itu?”.

Aku menjawab namun ragu,”Kata mereka yang menggelar miss univers itu”.

“Kalau kriterianya begitu, apa mungkin kau menemukan wanita asli Endonesiah seperti itu di Negara yang gemah ripah ini?”. dia menjelaskan argumentasinya.

Menggeleng kepalaku.

“Jadi, cantik dengan kriteria itu mustahil adanya di negara ini ya?”. Dia menatapku dalam-dalam.

Terus aku mengejar dengan pertanyaan,”Lha seperti apa dan bagaimana definisi cantik itu?”

“Ya sesuaikan saja dengan keadaan fisiologis dan antropologis manusia negaramu itu. Tidak usah ikut mainstream. Itu kebodohan terstruktur”, dia menjawab mantab.

Lalu aku berucap,”Artinya cantik seperti itu khayalan alias semu ya”.

Dia menghilang. Tak diketahui ke mana dia pergi.

====================

Komentar Admin:

Menerima diri apa adanya, itulah kunci kebahagiaan. Seorang yang menerima diri apa adanya, akan dengan mudah menerima orang lain apa adanya. Menerima diri sendiri apa adanya, artinya bersyukur dengan pemberian Allah. Menerima diri sendiri apa adanya, berarti berniat berusaha semaksimal mungkin memanfaatkan apa yang ada. 

Yang saya rasakan, beratnya menerima kekurangan fisik yang Allah berikan, manakalah hanya ingat bahwa mulia hinanya saya ditentukan oleh penampilan dan kesempurnaan badan. Lain halnya saat saya ingat, bahwa mulia dan hinanya saya bukan karena bentuk badan saya, tapi apa yang saya lakukan dengan badan itu, maka saya sadar, tak seharusnya kekurangan bentuk badan ini menjadi sebuah keluhan.

Karena yang penting bukan bibirnya, tapi apa yang dilakukan oleh bibir itu.

Yang terpenting bukan bentuk tangannya, tapi apa pekerjaan tangan itu.

Yang penting bukan bentuk telinganya, tapi mendengar apa saja telinga itu.

Yang penting bukan bentuk kakinya, tapi melangkah ke mana saja kaki itu.

Mas Avan, saya suka dengan fiksi-fiksinya, memberikan pesan-pesan spiritual. Saran dari saya, tinggal Mas meningkatkan cara pengungkapannya. Saya mencoba mengedit beberapa kata, mohon maaf.

Related Posts:

3 Responses to "Fiksimini: Cantik"

  1. Terima kasih aktif menulisnya Mas, maaf baru bisa saya komentar. Maklumlah orang kampung, saya harus pulang dulu, menemui anak, menemui istri dan melakukan beberapa aktifitas rumah. Biasanya di sana dua malam, namun kali ini, saya menginap semalam saja, saking inginnya segera mendatangi lagi rumah ini, bertemu Anda, dan bertemu yang lainnya.

    ReplyDelete
  2. Nuhun kang dah diedit dan sarannya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama Mas.
      Saya tunggu produktifitas menulis berikutnya

      Delete