Fiksimini : Adil

Dari awal, aku sudah tidak suka dengan Bapak yang satu ini. Oi, di kelas ada 30 siswa. Kenapa yang disebut selalu Hani? Apa-apa Hani, semua pertanyaan yang jawab Hani. Huh!

Aku bukan cemburu. Ih, amit-amit. Tapi siapa yang suka jadi yang terbelakang. Aku benci ketidakadilan.

Senin pagi, guru Bahasa Indonesia itu memberi tugas menulis cerita pendek. Oh, ini gampang saja. Dalam sekejap karanganku selesai. Kubacakan di depan kelas. Ia termangu, meminta buku tulisku. Lalu membacakannya ulang.

Ia tatap aku lama. "Siapa nama kamu?"

"Wulan, Pak."

"Wulan, Wulan, Wulan ...," dia merangkulku,"Ini bagus sekali. Kamu berbakat!"

Sejak pembacaan karangan itu, perhatiannya sempurna untukku. Tak terdengar lagi nama Hani, hanya namaku. Ia menjadi begitu mudah. Cukup memasang wajah memelas, maka kesalahanku diampunkan. "Wulan lupa bikin PR? Tidak apa-apa, nggak masalah."

Apa aku gembira? Tidak. Bukankah sudah kukatakan, aku benci ketidakadilan. Walaupun aku berada pada posisi yang menguntungkan.

Related Posts:

9 Responses to "Fiksimini : Adil"

  1. Haha
    Memey, dalam kisah ini aku mau dong jadi gurunya.
    Punya kesempatan memeluk segala.
    Nggak risih apa tuh si siswi?
    Atau justru nyaman?
    Haha
    Konsistensi
    Ya, itulah pelajaran yang ingin ditunjukkan oleh kisah ini
    Mungkin. Maksud penulis sesungguhnya saya tidak tahu. Ini sebatas yang bisa saya tangkap.
    Benci ketidak adilan karena yang mendapatkan perlakuan tidak adil itu diri sendiri, itu wajar saja. Namun benci ketidakadilan ketika yang mendapatkan perlakuan tidak adil itu orang lain, inilah yang yang tidak wajar. Yang pertama mah biasa, yang kedua tuh yang luar biasa.

    ReplyDelete
  2. Halaw Memey, rasanya tak cukup saya sekali komen di sini. Masih ada yang ingin saya sampaikan. Karena blog ini telah menjadi milik kita bersama, alangkah baiknya aktifitas lebih banyak kita lakukan di sini. Dari mulai diskusi, saling memberi komentar, ngobrol, dan apa pun kita lakukan di sini. Dengan cara ini, situs menjadi lebih hangat, dan perkembangan popularitasnya kian pesat.

    Tadi saya periksa di googe, dengan mengetikan fiksiminiku, maka situs kita sudah hadir pada halaman pertama. Ya, meski belum sampai ke baris pertama, namun mengingat umurnya yang baru beberapa hari, perkembangan ini terbilang pesat.

    Alhamdulillah, ini berkat pertolongan Allah.
    Dia menghendaki kamu dan teman-temanmu hadir masuk ke sini, memposting tulisan. Itulah sebabnya, jika kamu lebih banyak lagi memposting tulisan, dan lebih sering lagi hadir dan beraktifitas di sini, maka perkembangannya akan semakin pesat.

    Salam dari Om Om

    ReplyDelete
  3. Mantap kali, Mbak.
    Biasanya orang malah seneng kalo di posisi yang menguntungkan. hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bukan orang lain ternyata Mas,
      Yang suka melakukan itu saya, misalnya dulu, waktu kerja di perguruan tinggi, saya gunakan fasilitas kampus untuk kepentingan pribadi...
      Duh,

      Delete
  4. Huh Memey Memey lagi yang bikin Kang Dana kesemsem sama ceritanya,
    sekali-sekali aku gitu loh.... maksudnya pengen bisa mengarang fikmin kayak Memey ..
    Huaaahh :)

    Saya suka juga gaya cerita Wira.... mengalir kayak air sungai yang tenang tapi bikin pambaca ketagihan :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eh Rara,
      Terima kasih ikut singgah di sini,
      Tapi cerita kamu juga super deh Ra, tuh komen saya di sana bacalah...
      Kelebihan Rara itu, seperti saya sebutkan di sana, di komentar cerita Rara, adalah tidak mau memposting cerita kecuali cerita itu tidak basi, jalan ceritanya cerdas, dan mengandung kejutan.

      Dan itu terbukti pada beberapa cerita yang kamu lemparkan.

      Delete
    2. haha... Kang Dana menghiburku sekaligus memberi motivasi...

      terima kasih, Kang Dana :)

      Delete
    3. Beginilah saya Ra
      Jadi kapan kamu mau mulai sewa saya untuk jadi pria penghiburmu?

      Delete
  5. Sejak kapan Wira jadi Wulan? Cantik amat namanya, hahhh :v

    ReplyDelete