Fiksiminiku: Bara

Aku tahu tidak ada yang kebetulan. Semua sesuai skenario Tuhan. Ketika Kamu tiba-tiba hadir bagai air mengalir. Biasa saja, awalnya. Ternyata hadirmu membawa kisah lama di masa lalu. Wajahmu, senyummu, tingkahmu, mengingatkan pada dia yang pernah ada.

Bara, rasa itu kembali ada. Rasa yang tak pernah tersampaikan pada dia, tapi kusampaikan padamu.
Kau hangatkan hatiku yang beku. Aku tahu kamu bukan dia. Biarlah tersimpan selalu, kunikmati indah bayangmu. Bara, kusapa engkau dalam diam. Aku tahu hadirmu menjadi takdir yang terukir. Terukir dengan panasnya bara. Maka kubiarkan Bara datang ke hatiku. Membangun hunian di sana. Rumah berkelilingkan taman, dengan danau kecil dan bunga.

Akan tetapi ah Bara. Tapi mengapa Kau ini, bukannya membangun keindahan. Bukannya kau dirikan rumah, bukannya kau hamparkan taman berhiaskan danau kecil, malah kau bakar rumah bambu kecilku. Ouh terus itu rumput sederhana di sudut mengapa kau hanguskan. Kau rusak suasana hatiku. Kau membawa bencana. Kau hancurkan semuanya. Mengapa Bara?

Dan sungguh naif, kamu menjawab sambil berlalu, "Harusnya sejak awal kamu sadar, aku ini Bara"

Related Posts:

2 Responses to "Fiksiminiku: Bara"

  1. Terima kasih Teh Aini Mardiyah
    Sudah hadir di rumah sederhana ini
    Rumah kita bersama, dan sudah memposting tulisan
    Sebagai sesama orang Sunda, mari kita dekatkan silaturrahmi di sini

    Ini tulisan perdana Teteh di sini
    Secara aturan, tulisan apapun yang member berikan ke grup ini
    Tidak boleh saya ganggu, dan harus saya biarkan apa adanya, supaya
    Jika diperbaiki, kelihatan bagian mana saja yang diperbaiki

    Akan tetapi tulisan ini
    Selain saya edit kata yang salahnya
    Saya juga ikut menambahkan

    Karena sebuah Fiksimini
    Haruslah sebuah cerita, bukan hanya gumaman seperti puisi
    Harus ada konfliknya, jalan cerita/plotnya, harus ada settingnya. Teteh tahu kan setting?
    Setting itu tempat dan waktu.

    ReplyDelete