Fiksimini: Cinta Pernah Salah

"Tolong jangan ganggu suami saya!" bentak seorang wanita yang ternyata istri Andri, sahabatku waktu kuliah.

"Lho, kok Mbak ngomong begitu? Kan sudah puluhan tahun kami nggak pernah ketemu," sahutku bingung.

"Saya menemukan foto situ di dompetnya. Situ mantan pacarnya, kan? Sekarang sudah saya bakar! Jangan jadi perusak rumah tangga orang, ya!"

Perusak rumah tangga orang? Sadis banget kedengarannya.

Rahangku terasa mengeras. Cairan merah di tubuhku mulai menggelegak. Berkejaran mendaki ubun-ubun.

"Saya tidak pernah mencintainya, apalagi pacaran! Kalau dia mencintai saya, itu kan bukan salah saya!" teriakku kesal. Aku harus memberinya pelajaran!

Tanpa pikir panjang kukeluarkan amunisi terakhir. "Yang salah itu Anda, kenapa suaminya dibiarkan tetap mencintai saya, padahal sudah sepuluh tahun menikah?"

Tiba-tiba hening menyergap. Hanya isak tangis yang lirih terdengar di ujung telepon.

Related Posts:

9 Responses to "Fiksimini: Cinta Pernah Salah"

  1. Sudah dua fiksimini yang Mbak Umi kirim ke sini
    Produktif sekali, terima kasih Mbak Umi
    Fiksi pertama Mbak Umi kirimkan bulan lalu, November
    Sekarang, tidak terasa, sudah bulan Desember, mbak Umi kirim lagi fiksi baru.
    Wah sebulan berlalu tak terasa ya Mbak

    Akakakakakk

    Bercanda,
    Terima kasih atas kiriman puisinya`
    Saya nikmati Mbak, bagai menikmati sup ayam yang barusan saya lahap bersama seorang tukang tembok.

    Akan tetapi,
    Saya mendapatkan kendala saat mencoba memahami beberapa dialog
    Dan yakin, ini disebabkan kekurangcerdasan menangkap isi

    Itulah sebabnya di sini pun, saya ingin diskusi bersama Mbak Umi

    Ini bahan diskusinya.

    Saat membaca dialog ini:

    "Saya menemukan foto situ di dompetnya. Situ mantan pacarnya, kan? Sekarang sudah saya bakar!"

    "Jangan jadi perusak rumah tangga orang, ya!"

    Ucapan pertama diucapkan si penelpon.
    Dan, karena tidak ada keterangan itu ucapan siapa, dengan cepat saya menangkap, itu ucapan si penerima telfon.

    "Jangan jadi perusak rumah tangga orang!"
    Jika memang itu ucapan penerima telfon, bukankah lebih tepatnya itu diucapkan oleh penelfon?

    Atau bagaimana maksud Mbak Umi?

    Ada lagi satu lagi nih.............

    ReplyDelete
  2. Kebingungan kedua saya dapatkan, saat tiba pada dialog ini:

    "Yang salah itu Mbak, kenapa suaminya dibiarkan tetap mencintai saya, padahal sudah sepuluh tahun menikah?"

    Ini ucapan siapa ya Mbak? Si penelfon?

    Emh, saya harap ada komentator lain yang bisa menjawab kebingungan saya. Atau mbak Umi sendiri yang menjawabnya. Atas segala baik hati mbak Umi menjawab pertanyaan saya ini, saya ucapkan terima kasih.

    ReplyDelete
  3. Bukannya mau mengkritik Mbak
    Malah ini sebenarnya mau mengapresiasi, dan sesungguhnya, menurut saya, fiksimini semacam inilah yang bagus, yang mengundang renungan pada pembaca. Yang setelah selesai membaca, orang ingin mengulanginya lagi.

    Karena diantara ciri fiksimini bagus adalah,
    Mengundang renungan!

    ReplyDelete
  4. Oh iya maaf atuh Kang Dana, saya nulisnya sambil rebutan sama si kembar jadi kurang konsen. Emang setelah dibaca ulang kalimat-kalimatnya rancu ya heheheh
    Segera saya edit, haturnuhun

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya tunggu Mbak
      Hehe, saya kira pemahaman saya saja yang lemot
      Iya, memang menulis bersama anak-anak butuh perjuangan AREK-AREK SUROBOYO

      Delete
  5. Kang Dana, sudah saya revisi. Monggo dibaca lagi, makasih

    ReplyDelete
  6. Mbak itu bikin sendiri ya??
    ajarin donk, susahhhhhh bikinnya alias ga pede

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tulis aja apa yang ada di kepala, jangan sampai lupa ya (tuh kan sama nama sendiri aja lupa!)

      Delete