Apa Itu Sastra?

Pertanyaan mendasar yang saya sendiri terus menanyakannya dari dulu sampai sekarang
Adalah, apa itu sastra?
Menurut Anda, apa itu sastra?
Betapa sering para ahli melakukan dikhotomi terhadap karya para penulis
Mereka menggolongkan novel
Ini mah novel pop
Ini mah novel sastra

"Siti Nurbaya" karya Marah Rusli dimasukkan ke dalam novel sastra
"Sengsara Membaca Nikmat" karya Tulis Sutan Sati dimasukkan ke dalam novel sastra
"Layar Terkembang" karya Sutan Takdir Alisyahbana dimasukkan ke dalam novel sastra

"Ziarah" karya Iwan Simatupang, "Pulang" karya Toha Muhtar, "Kubah" karya Ahmad Tohari, "Dilarang Mencintai Bunga-Bunga" karya Kuntowijoyo, para ahli menggolongkan semua novel itu ke dalam novel sastra. Sedangkan novel-novel karya Mira W seperti "Sampai Mau Memisahkan Kita", atau karya Bastian Tito berupa serial "Wiro Sableng", atau "Dokter Karmila" buah tangan Marga T, mereka golongkan ke dalam novel pop alias novel populer, dan bukan novel sastra.

Jadi, apa sebenarnya itu sastra?
Dan mengapa sebuah novel dimasukkan ke dalam novel sastra?

Untuk menjawab pertanyaan itu, seperti biasa, saya membuka wikipedia,
Kemudian di sana saya baca
Sastra berasal dari kata "Sas" yang artinya pesan, dan "Tra" yang berarti alat.
Yaitu alat buat menyampaikan pesan.
Jadi pada dasarnya, alat apapun yang digunakan buat menyampaikan pesan, maka itu adalah sastra.
Di pinggiran jalan terdapat gambar orang tua sedang menyeberangkan anaknya, untuk memberi pesan kepada pengguna kendaraan bahwa di sana banyak orang yang suka menyeberang, maka gambar itu adalah sastra. Tengah malam dari pos ronda terdengar kentongan sebanyak dua belas kali, untuk memberi pesan kepada seluas penghuni kampung bahwa saat itu jam dua belas, maka kentongan itu adalah sastra.

Itu secara bahasa. Secara istilah, sastra adalah tulisan, yang berisi pesan atau ajaran. Banyak orang terjebak, kemudian menyangka sastra itu tulisan indah. Maka orang yang ingin menulis sastra, berusaha memperindah tulisannya, supaya tulisannya termasuk karya sastra, akan tetapi saking asyiknya memperindah tulisan, sampai-sampai, tak jelas pesan yang mau dia sampaikannya apa, cuma hiburan semata, asyik-asyikan. Maaf-maaf saja, menurut saya, itu bukan sastra. Malah celakanya, ada yang memperindah tulisannnya, dan ketika ditanya apa maksud dari tulisannya itu, dia sendiri tidak mengerti, malah dia berkata, biar pembaca yang menafsirkan tulisan saya. Menurut saya, itu orang lebih parah dari orang gila. Iya, bukankah hanya orang gila yang ngomongnya tidak jelas tujuannya apa? Ah, bahkan orang gila saja kadang punya maksud dari yang diucapkannya.

Sebaliknya separah dan sebrengsek apapun sebuah tulisan, jika pesannya jelas dan sampai kepada pembaca, dan pembaca merasakan ketersentuhan hatinya setelah membaca tulisan itu, maka sesuai pengertian sastra tadi, itu masuk ke dalam sastra. Itulah sebabnya novel "Ziarah" karya Iwan Simatupang, meski ceritanya absurd dan tidak wajar, dengan plot kurang masuk akal, namun karena novel itu berhasil menyentuh pembaca, dengan kisah seorang suami yang begitu cinta kepada mendiang istrinya, sampai-sampai dia melepaskan jabatan, kemudian merelakan diri kerja menjadi pengecat kuburan, supaya bisa terus-menerus ziarah kepada istrinya, dan itu sangat menyentuh pembaca, ditambah padatnya berbagai petuah, pesan dan filsafat dalam novel tersebut, maka para ahli sastra menggolongkannya ke dalam novel sastra.

Jadi sebenarnya, jika rujukannya begitu, novel apapun jika di dalamnya mengandung pesan berharga, baik isinya menceritakan orang baik atau orang jahat, ditulis dengan bahasa resmi atau bahasa tidak resmi, bahasa santun atau urakan, baik itu novel mahal atau novel murahan yang terjual di emperan, jika isinya mengandung pesan berharga, maka itu adalah sastra. Wiro Sableng, jika memang isinya mengandung pesan berharga, itu termasuk novel sastra. Karya-karya Mira W, jika memang isinya mengandung pesan berharga itu juga karya sastra. Jadi, dikhotomi yang dilakukan para ahli itu, sesungguhnya itu hanya dikhotomi mereka. Itu cuma pendapat mereka. Mereka adalah manusia. Anda juga manusia. Saya juga manusia. Jika mereka bebas berpendapat, saya juga bebas dong berpendapat.

Related Posts:

0 Response to "Apa Itu Sastra?"

Post a Comment