Fiksimini: Roncean Bunga Muti

Ada berita dukacita dari tetangga rumah Muti, seorang ibu telah meninggal dunia. Sebagai tetangga yang baik, Muti dan ibunya membantu di sana. Muti bersama ibu-ibu tetangga lain membantu meronce bunga. Sedangkan ibunya melayani para pelayat.

"Nanti ronceannya, bunga-bunga ini, ya!" seorang ibu memberitahu Muti dan lainnya.

Muti memperhatikan sambil mangut. Dia tidak kenal semua nama bunga yang akan dironce itu, selain melati, kenanga, daun pandan, kamboja dan mawar. Kemudian dia pun langsung meronce dengan senyum keikhlasan.

Tim pemandi jenazah pun tiba, mereka langsung mengurusi jenazah almarhumah tersebut. Mereka sudah menyiapkan segala sesuatunya.

Kini jenazah sudah siap diberangkatkan ke masjid untuk disalatkan. Keranda sudah didatangkan dari inventaris masjid.

"Bunga roncenya mana?" tanya Pak RT.

"Ini, Pak RT!" jawab Muti.

Ada tujuh roncean bunga buat penghias keranda. Tapi satu roncean bunga tidak seperti biasanya. Daun pandannya dibiarkan menjuntai, sedangkan yang lain dilipat-lipat.

Ibu Muti mencubit paha anaknya dari belakang.

"Aduh!" teriak Muti.

Related Posts:

9 Responses to "Fiksimini: Roncean Bunga Muti"

  1. Hahaha
    Istilah baru nih
    Saya baru dengar ada kata "Roncean"
    Lingkunganmu di sana Betawi ya Ra?
    Tentang rangkaian bunga, saya punya pertanyaan
    Sebenarnya bunga itu lambang dari apa ya.
    Jika dia lambang duka cita, mengapa harus ada saat orang menikah?
    Jika dia lambang bahagia, mengapa saat meninggal orang dikirim karangan bunga?

    ReplyDelete
  2. Saya suka kisah ini
    Bosan sebenarnya menyebut tulisanmu enak dibaca
    Tapi bagaimana lagi, saya tak tahan buat menyebut ini, emang begitu nyatanya
    Namun satu hal yang membuat saya semakin suka, adalah temanya
    Sosial
    Kemauan campur gaul dengan orang, dalam masalah kemasyarakatan, menurut saya ini hal yang luar biasa dari prestasi seorang manusia. Tiada gunanya bertahun-tahun sekolah mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial, jika dengan orang lain saja tidak mau bergaul. Seperti ditunjukkan si Muti....yang ikut meronce bunga pada kematian tetangganya.

    Tunggu sebentar....Muti.....
    Ehmmh Muti, rasanya kenal sama ini nama
    Jangan-jangan mutiara
    Jangan-jangan si Tiara, jangan-jangan......
    Wah, bukan
    Tapi mungkin bukan
    Ah sudahlah....

    ReplyDelete
  3. Hahaha. Kang Dana ingat tokoh saya rupanya. Ah kebetulan saja nama tokoh kita sama, ya, Mbak Rara. Dan kebetulan lagi saya lebih dulu memunculkannya di Fiksimini. Eh ini modus, biar Mbak Rara mau nengok Fikmin saya yang berjudul MUTIARA. Ciii-haa!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mbak Kayla
      Ngomong-ngomong soal nama
      Saya jadi minder dengan nama saya
      Soalnya di bangsa Sunda ada kebiasaan begini,
      Jadi ujung nama pertama, harus disamakan dengan bunyi ujung nama kedua
      Misalnya IMIN PARMIN
      MAMAN SUHERMAN

      Saya khawatirnya, bagian nama saya,
      Orang menyebut saya DANA CELANA

      Delete
  4. Hak-hak-hak. Masih bagusan, Kang. Coba ada yang ngarang jadi Dana Bencana ... Kidding :)

    ReplyDelete
  5. Kang dana, mungkin yg dimaksud meronce itu, menyusun atau merangkai sesuatu dgn seutas tali, memasukannya menggunakan jarum.
    Dan hasilnya bisa dipanjangkan atau dilingkarkan seperti rantai.

    Menurut Rara, lambang bunga itu fleksibel. Bisa buat moment apa saja. Tergantung tujuan, aneka macam bunga dan bentuk rangkaiannya seperti apa.
    Gak mungkin kan, roncean aneka macam bunga buat penghias keranda dikalungkan pada mempelai pengantin pria oleh calon mertuanya.? Hehe

    RA

    ReplyDelete
  6. Kang Dana, Mba Kayla, nama tokoh Muti itu Mutiara diambil TiaRa, hehe.
    Tapi ceritanya tetap fiksi.

    Iya, saya udah baca fikmin Mutiara nya mba kayla.
    Sangat menyentuh sekali menyinggung komunikasi antar sahabat.

    ReplyDelete
  7. Met rehat mba kayla dan kang dana

    ReplyDelete