Fiksiminiku: Impas

Tahun terus berlalu, 1998. Saya menemuinya lagi. Ia sudah jadi seorang Ibu.

"Kamu tega! Kenapa biarkan saya menikah dengan orang lain?" Ia menangis. Saya diam, menyesal.

"Wan, pergilah! Mereka mencarimu." Teriak salah satu teman saya.

Saya menatap perempuan itu, mencium keningnya kemudian berlalu pergi tanpa ucapkan maaf.

Sial! Pasukan itu berhasil menyergap saya. Membawa saya ke suatu tempat. Gelap dan kumuh. Tubuh saya diikat seperti hewan yang hendak disembelih. Berkali-kali juga pukulan mendarat di tubuh saya.

"Dasar bodoh. Beraninya menentang, tahu apa kamu tentang pemerintahan?"

"Saya hanya menuntut keadilan. Anda yang bodoh, mengaku aparat tapi keparat."

"Brengsek kamu!" Tendangan dan ludah pun melumuri wajah saya.

"Tembak kepalanya, biar tak bisa berpikir lagi!" ucap Jenderal mereka.

Lebih baik saya mati daripada hidup dalam pemerintahan tak beradap. Setidaknya saya lega.

Dooor, dooorr!

Dua kali tembakan. Tepat di kepala dan hati. Impas. Saya lelah berpikir, dan saya sudah menebus sakit hati perempuan itu.

Gelap!

#Maaf_kasar :)

Related Posts:

11 Responses to "Fiksiminiku: Impas"

  1. Hebat
    Fiksi-fiksinya berbicara tentang pergerakan
    Kalau boleh tahu, bagaimana proses kreatifnya sampai banyak mendapatkan ide cerita semacam ini?


    Oh ya Risa.
    Sekalian mengomentari, sekalian saya mau belajaer
    Kamu telah melakukan penulisan yang benar pada kalimat di bawah ini:

    "Wan, pergilah! Mereka mencarimu." Teriak

    Setelah tanda kutip kedua, penulis harus dengan huruf kapital. Baru saja, dalam postingan berjudul "Anak Haram" karya Teh Neni Yuhaenah saya membahasnya.

    Sudah lama saya menulis, namun terus terang, menekuni ketentuan dalam dialog baru-baru ini. Dan tahu, jika sebelum tanda kutip kedua ada tanda titik, maka huruf seteah itu harus kapital.

    Kamu sendiri sudah tahu lama ya tentang ini?

    Kemudian aturan lainnya, jika sebelum tanda kutip kedua ada tanda tanya atau tanda seru, maka penulis huruf setelah tanda kutip kedua harus kecil. Nah, pada tulisanmu di atas, saya lihat penulisannya dengan huruf kapital. Menurut ketentuan yang saya tamukan di situs www.beranicerita.com, seharusnya kecil.

    Untuk lebih lengkapnya, bisa Kamu baca pada uraian ini:

    ATURAN PENULISAN DIALOG

    1. Mengawali kalimat dialog dengan huruf kapital tanpa didahului spasi.

    "Ayo!" serunya. [benar]
    "ayo!" serunya. [salah]
    " Ayo!" serunya. [salah]

    2. Jika kalimat dialog diakhiri tanda koma, maka setelah tanda petik penutup, kata berikutnya diawali huruf kecil. Tanda koma diletakkan sebelum tanda petik penutup.

    "Nanti kita pulang pukul sepuluh," jelas ibu. [benar]
    "Nanti kita pulang pukul sepuluh", Jelas ibu. [salah]

    3. Jika kalimat dialog diakhiri tanda titik, maka setelah tanda petik penutup, kata berikutnya diawali huruf besar. Tanda titik diletakkan sebelum tanda petik penutup.

    "Aku mengerti sekarang." Dia menatap Toni. [benar]
    "Aku mengerti sekarang." dia menatap Toni. [salah]

    4. Jika ada dua dialog dalam satu kalimat, maka dialog kedua diawali huruf kecil.

    "Tapi ini mustahil," ia menarik nafas, "aku tak mengira ini bisa terjadi."

    Catatan: pada contoh ini jika dijadikan jadi satu kalimat akan menjadi: "Tapi ini mustahil, aku tak mengira ini bisa terjadi."
    Kalimat ini tidak bisa dipisah menjadi dua kalimat berbeda.

    5. Jika kalimat dialog ditutup dengan tanda tanya/seru, maka tidak diikuti oleh tanda titik atau koma. Setelah tanda petik penutup, kata berikutnya diawali huruf kecil (kecuali kata sapaan)

    "Tutup pintu itu!" teriak Lukman. [benar]
    "Kenapa terlambat?", cecar Ratna. [salah]
    "Mau yang ini?" Tawar Rina. [salah]

    6. Jika kalimat dialog dilanjutkan dengan kalimat baru, maka kalimat baru tersebut diawali huruf kapital.

    "Aku sudah muak dengan kelakuanmu! Ceraikan aku!" Segera Ranti meraih tasnya, keluar dan membanting pintu.

    7. Kalimat dialog dari dua tokoh berbeda harus ditulis paragraf baru.

    8. Kata sapaan dalam kalimat harus diawali dengan huruf kapital, baik kalimat dialog ataupun kalimat narasi/deskripsi.

    "Sabarlah sedikit lagi, Nak," bujuk Ibu.
    "Sudah bertemu dengan Paman?" tanya Adik.

    9. Tanda elipsis (tiga titik) pada kalimat terputus digunakan untuk pengucapan dialog yang terhenti sejenak. Cara penulisannya memakai spasi sebelum dan setelah tanda elipsis.

    "Aku hanya ingin semua ... berakhir," akunya.

    10. Jika tanda elipsis berada di akhir kalimat, maka dialog diakhiri tanda titik, tanda tanya atau tanda seru.

    "Aku tak ingin bicara sekarang ...," elak Tina.
    "Kupikir engkau berbeda tapi ternyata ...." Ia memandang mata Roni lekat.

    ReplyDelete
  2. Sambil menunggu postingan lainnya, takkan bosan-bosan saya membuka postingan ini. Kisahnya hebat sih, enak dibacanya. Dan ini, sambungan dari kisah sebelumnya. Dan Risa bisa membebaskan diri dari kesan kisah bersambung, karena kisah sebelumnya, dianggap sudah selesai dan itu bagus. Yang kurang bagus adalah orang yang menulis fiksimini menjadi beberapa seri dan kesan bersambungnya jadi sangat terasa. Tapi kisah kamu ini tidak.

    Oh ya, sesudah tokoh utamanya ini meninggal, mungkinkan akan muncul kisah berikutnya? Kalau kamu bisa membuat kisah berikutnya setelah ini, dengan teknik hasil olah cerdas otakmu, saya acungkan empat jempol saya buatmu.

    ReplyDelete
  3. Salut dengan penulisnya, berani ekspresikan kata-kata yg bikin pembaca takjub. Mudah-mudahan mau berbagi ilmunya pada saya yg malas baca.

    Dan dapat tambahan ilmu lagi dari komentar Kang Dana, padahal gak baca sampai selesai, hhihihi.... soalnya udah sering baca di tips dan komentar senior di grup KBM, dan juga pernah baca di situs-situs penulisan seperti itu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tapi namanya manusia kadang lupa, padahal sudah tau...
      Jadi saya juga sering ada kesalahan dalam menulis dialogue tagging

      Delete
    2. Terima kasih juga buatmu Rara,
      Sudah berkenan, menyempatkan waktu, memberikan penghargaan
      Sebenarnya bukan malas Ra. Masalahnya, bacaannya saja jarang yang cerdas sanggup merayu dan menggodamu.

      Delete
    3. Dan soal tanda baca nih Ra
      Terus terang saya baru menelaah lebih dalam barusan
      Karena ada member fiksiminiku yang meminta saya membahasnya
      Tanpa ada member minta membahasnya, mungkin entah saya akan mendalaminya atau tidak....

      Delete
    4. dari permintaan, kita jadi pengen tahu agar bisa membahasnya. Nah, dari membahas kita jadi paham, mudah-mudahan gak lupa saat praktek, hehe

      Delete
    5. Menurutmu Ra, apa cukup menjanjikan jika kita punya profeionalisme dalam bidang ilmu bahasa? Apa masyarakat cukup besar kebutuhannya kepada ahli bahasa atau mereka tidak terlalu butuh?

      Delete
  4. Sepertinya kisah yang ditulis oleh Mbak Risa ini memang pemadatan dari cerpen. Ahay, mohon maaf bila tebakan saya lancang dan tidak tepat. Salam santun :)

    ReplyDelete
  5. .. mas dana terima kasih, masalah huruf kapitaltadi. sebenarnya saya tahu tapi saya agak malas, wkwkwwk. kadang saat menulis di laptop tulisan sudah otomatis kapital,, heheheh. iya nanti saya perbaiki.

    .. Mba Khulatul, kalau yang ini bukan cerpen mba.. heheheh, kalau yg gendis iya cerpen. :)

    ReplyDelete
  6. Selalau dalam kata-katanya. Saya ikut belajar dari tulisan Mbak Risa :)

    ReplyDelete