Fiksimini: Inilah Takdirku

sumber foto : google

Aku sangat menikmati peran ini, berpindah dari satu tangan-laki laki ke genggaman laki-laki lain. Pada kesempatan berbeda aku membersamai ABG serta wanita muda yang dilanda gundah batin.

Hari ini, tiga sosok berbeda sudah menjamah tubuhku. Orang pertama membelaiku perlahan, mendekapku dengan kedua tangan kekarnya penuh kelembutan. Dia mendekatkan bibirnya dengan bibirku ... sangat pelan.

Sosok kedua memperlakukanku dengan gusar, aku tetap menerima peranku dengan sabar. Membiarkan jari-jari cungkringnya seolah ingin mengenyahkanku bersama gelegar halilintar.

Laki-laki terakhir memandangiku begitu lama, visualnya berpindah ke luar menemani remang-remang jalanan yang gerimis. Membuatku menunggu, dari sudut dua korneanya menitik bulir bening, 'apa dia menangis?' Dia meninggalkanku begitu saja. Meletakkan uang tiga kali lipat dari tarif sebenarnya.

"Mas-mas, tolong angkat mangkuk ronde ini ke belakang!" pinta majikanku. Warung ronde kewalahan melayani pembeli bila musim hujan belum berlalu.

Ah! Mungkin, aku akan merelakan diri menunggu meja dapur dengan cairan cokelat muda beraroma jahe yang mulai dingin.

@Twist dan belajar Fikmin dengan Rima

Related Posts:

24 Responses to "Fiksimini: Inilah Takdirku"

  1. Iya mbak, emang bener, fiksi ini enak dibaca, pantesan, emang ujungnya memanfaatkan rima. Namun sedikit tambahan, fiksi berrima juga, biasanya mengurus jumlah suku kata, hehe, lebih susah lagi khan?


    Tapi ini pun hebat menurut saya. Saya sendiri belum tentu bisa.

    Twist Endingnya itu lho.....
    Huh Mbak Kayla ini nakal, bisa-bisanya menjebak orang buat piktor
    Sip Mbak, teruskan...
    Saya salut dengan daya belajarnya yang tiada henti....

    ReplyDelete
  2. Wah, saya penasaran sama fiksimini berrima nih jadinya, Kang. Mbok ditempelin biar saya bisa belajar. Terima kasih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mbak Kayla, ya mudah-mudahan saya bisa membuatnya, tapi sekarang masih cari-cari ide dulu. Mudah-mudahan nanti dapat

      Delete
  3. Hai. Ceritanya bagus.

    Mau tanya. Membersamai itu baku kah?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah, komen dan pertanyaan seperti ini sangat dibutuhkan Rin, untuk membuka diskusi bahasa dan sastra, dan sepertinya kamu ahli di bidang ini.

      Delete
    2. Mbak Rinz. Help me dong, saya sudah bolak-balik ke kbbi online eh server not found. Sedang kbbi offline saya masih putih semua :( | Yang benar bagaimana nih 'Membersamai' ...?

      Delete
    3. Hahaha, mbak Kayla
      Sebagaimana disebutkan Kang Inda
      Tak mengapalah, karena sudah banyak orang menggunakannya
      Kata "Bersama" itu sama dengan kata "Serta"
      Di mana keduanya
      Bisa menggunakan imbuhan Me-I
      Yang jadi masalah adalah, sebelumnya, dulu, belum banyak orang menggunakannya

      Delete
    4. Oh, begitu, ya? Okelah saya makmum :)

      Delete
  4. Replies
    1. Merendah itu enak mbak
      Semakin rendah semakin ke dalam laut
      Di sana banyak mutiara dan ikan-ikan besar Mbak

      Delete
  5. Mbak Rina Rinz, belum tahu juga, Mbak. Tepatnya bagaimana? Maaf KBBI saya sedang nge-hang :( | serius

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kian terasa ya Mbak pentingnya menulis bertemankan KBBI, ternyata banyak nian ilmu yang masih butuh saya telaah. Ini serius koreksi diri saya.

      Delete
  6. Menurut hemat saya, kata "membersamai" pada alenia pertama fiksimini ini maksudnya barangkali "menemani". Memang bukan kata berimbuhan yang baku dalam bahasa indonesia. Tapi menurut saya, istilah itu bisa menjadi lumrah jika sering dan banyak digunakan. Seperti kata/istilah yang dibuat oleh para sensation maker yang kebanyakan dari golongan artis, semacam kata : "secara", "cetar membahana", dan lain-lain yang seringkali ditempatkan tidak pada konsep kalimat yang tepat. Tinggal pintar-pintar kita membuat istilah, dan mengaplikasikannya pada konsep kalimat yang tepat. Terimakasih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gak gak gak,
      Baru sadar jika kata "secara" itu niru-niru obrolan artis.
      Keren juga atuh ya
      Heuheuyyyy deudeuhhh
      Emang gaya dan enak juga nyebutnya, "Secara aku sih, makan beuleum sampeu itu enaknya pake gula kawung, hehe"

      Terima kasih Ang atas masukan demi masukannya
      Kehadiran Aang, menjadi harta yang sangat mahal bagi kami semua
      Terus terang, atas nama kebodohanlah saya berkata
      Begitu banyak pengetahuan bahasa yang masih saya butuhkan. Saya sangat haus Ang, dan rasa haus itu sebagian telah tertawarkan dengan pembangian ilmu dari Aang......

      Delete
  7. Wah, ada tamu. Terima kasih Mas Inda Enha (Waduh, sambil mikir ini manggilnya pas atau belum). Ini masukan baru bagi saya. Alhamdulillah.


    @Kang Dana, iya, renyah sekali bila saya bilang kata 'secara,' lebih-lebih bila berkomunikasi dengan ABG, jadi lupa usia :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha
      Ya baguslah Mbak
      Biar awet muda. Kosmetik wajah kan mahal
      Ya minimal bahasalah niru-niru anak muda, siapa tahu badan kita pun kian muda....aa

      Delete
    2. Kalau badan adanya diupayakan bugar, bila usia kian bertambah bilangan, tetap saja tak dapat dicegah tanda-tandanya. :)

      Delete
  8. saya sudah pernah membaca cerita yang hampir sama seperti ini bedanya tokohnya gelas bukan mangkok.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mbak Nurus Annisa
      Supaya menjadi pembelajaran, bagaimana jika ceritanya Mbak bawa ke sini, untuk menjadi perbandingan. Karena, tak setiap cerita itu sampa persis sama, bisa pula hasil modifikasi, dan itu, setahu saya tidak jadi masalah dalam dunia menulis.....

      Setahu saya

      Delete
    2. Yang tokohnya gelas di KBM itu tulisan saya juga ketika masih memakai nama pena Kamubicha. Bila itu tulisan yang Mbak Nurus maksud, alangkah bahagianya saya bahwa Embak sudah membacanya. Judulnya TIGA PRIA DAN OBROLAN USAI SENJA

      @Kang Dana, saya lampirkan tapi copas, bagaimana? Apa melalui inbox, biar bisa untuk pembelajaran :) Tanya dulu, belum tahu juga kalau pada kolom komentar apakah aturan copas-copies berlaku juga di persidangan Opa Google?

      Delete
    3. Oh kalau memang penulisnya orang yang sama, tak masalah lah mbak. Cuma pemindahan dari cerita panjang jadi lebih pendek kok. Kan penulis terkenal juga banyak yang melakukan itu, pengubahan pada karya mereka sendiri. Biasaya sih mereka mengubah dari karya pendek menjadi lebih panjang, Seperti Habiburrahman El-Sirazi memperlebar novelet-noveletnya menjadi novel yang panjang, seperti yang dia lakukan pada Cinta Suci Zahrana

      Delete
  9. Ya betul Mbak Khulatul, saya terkesan banget tulisan itu judulnya memang saya lupa tapi setelah mbak sebutkan judulnya, saya ingat memang Tiga Pria dan Obrolan Usai Senja yang saya maksud. Hehehe Mbak memang pinter buat tokoh yang model seperti itu. buat penasaran.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masih belajar, Mbak Nurus. Salam santun dari saya :)

      Delete