Perindah Fiksi Kita Dengan Rima

Salah satu cara memperindah tulisan adalah, dengan membuat rima pada setiap akhir kalimat. 

Efek bunyi sama ini mengundang daya tarik tersendiri kepada pembaca. Setiap kali selesai membaca sebuah kalimat, penasaran, ingin membaca lagi kalimat berikutnya. Ketika kalimat pertama berujung bunyi "ting", maka pembaca penasaran, bunyi "ting" kata apa yang akan dia temukan pada kalimat berikutnya.

Sebenarnya ini kearifan lama yang jarang digali generasi penulis baru. Para penulis jaman dulu mengandalkan rima buat memperindah tulisannya. Bunyi akhir sama, mereka gunakan buat memperindah kalimat-kalimat mereka. Sebenarnya mereka meneladani kitab suci. Al-Qur'anla teladan terbaik tentang ini. Beberapa suroh Al-Qur'an memperlihatkan keindahannya dengan kesamaan bunyi di setiap akhir ayat.

Misalnya surat-surat Juz Amma.

Ini bisa kita manfaatkan dalam penulisa fiksimini kita. Dengan merawat setiap kalimat supaya berbunyi sama, maka keindahan fiksimini kita akan bertambah. Memang membangun fiksi semacam ini membutuhkan kerja keras. Namun buah dari kerja keras itu takkan sia-sia. Lelah saat Anda menuliskannya, namun nikmat saat orang lain membacanya, dan tentu saja, wajah Anda akan cerah karena berbagai apresiasi bagus dari pembaca.

Cobalah. Mudah kok.

Related Posts:

8 Responses to "Perindah Fiksi Kita Dengan Rima"

  1. .. tapi kadang kalau begitu takut jadi puisi,, heheheh... dicoba lah, buat belajar. Bermanfaat tipsnya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Risa,
      Terima kasih telah singgah dan baca
      Bagi penulis, tak ada yang lebih membahagiakan, selain jika karyanya dibaca orang.
      Tak terkecuali saya, penulis gila
      Haha

      Risa,
      Ya, tulisan itu bisa menjadi puisi
      Seandainya, tidak punya plot atau jalan cerita, penokohan, latar tempat, dan waktu yang jelas.
      Namun, seandainya semua itu ada...boleh saja orang menyebutnya puisi, namun, jika pun ingin disebut kisah fiksi, sesungguhnya itu bisa

      Delete
  2. iya tuh, Kang. Nanti malah jadi prosa liris bukan fiksi.

    tapi usulnya boleh juga, cuma langsung mikir, bila suatu saat bikin fikmin dgn ber-rima dan kebetulan akhir kalimat bunyinya brot, rima selanjutnya apa ya? :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eh ada Rara
      Jawaban untukmu juga sama
      Asal jelas saja jalan cerita, penokohan, dan latarnya Ra

      Haha,
      Jika rencananya begitu
      Pertama-tama tugas kita, adalah mendata
      Kata apa saja yang berakhir dengan kata "Brot!"

      Gembrot
      Suara "Brot"


      Eh Ra, kok kamu jadi keingetan kata itu sih? Wah, jangan-jangan Rara suka perang "Buang Angin"
      Wkwkwk,
      Maaf Ra
      Selamat bermalam Jum'at

      Delete
  3. Saya malah penasaran nih perihal jumlah suku kata dala fiksimini dengan rima. Kalau baca cerpen dengan rima di kompas sih sudah pernah, saya menandainya hanya beberapa kata pada kalimat terakhir, belum sampai berapa porsi suku katanya. Semoga segera datang bantuan :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jumlah suku kata memang tidak ada ketentuan. Itu cuma supaya panjang pendeknya terukur saja. Bagaikan membuat pantun, kan suku katanya pun diperhitungkan. Tapi kalaupun memang tidak diperhitungkan juga tak masalah kok, dan akan tetap cantik buat dibaca.

      Begitu Mbak Kayla.

      Ah tapi saya belum juga memposting karya berima.

      Delete
  4. Tantangan yang mengasyikan, Kang Dana.
    Tapi mungkinkah? Menulis fikminnya juga masih belajar ahai...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Teh Neni, soal mungkin dan tidaknya,
      Tergantung dari Teteh mau mencobanya atau tidak
      Jika tidak mencobanya sama sekali, mana mungkin bisa atuh Teh
      Tapi saya optimis Teteh bisa. Soalnya, Teteh sudah berkata "TANTANGAN YANG MENGASYIKKAN, KANG DANA"
      Nah itu berarti merasa tertarik buat mencobrettttttttttt.....ayo coba.

      Delete