Rencananya Doni dan ibunya akan berkebun. Tapi sebelum berangkat ada yang terlupakan.
"Astagfirullah....,kalau lagi buru-buru begini kemana gembok?.Disimpan dimana sih Don ? Kemarin kamu yang pulang duluan kan Don?" bertubi-tubi seorang ibu bertanya.
Sang anak tidak menjawab, tahu bahwa sang ibu akan terus bicara jika yang dicari tidak ditemukan.
"Ayo cari! ini sudah jam berapa?" ibunya kembali bertanya.
Doni tak menjawab, hanya garuk-garuk kepala.
Bingung menyerang kepalanya, merasa yakin kemarin gembok ia simpan di tempatnya. Mencari gembok adalah jawaban atas pertanyaan ibunya.
"Kalau nyimpan gembok itu ditempatnya! Kan ibu sudah katakan gantungan di pojok itu buat nyimpan gembok. Gimana sih? Sudah berkali-kali ibu bilang". Ibunya berbicara dan bolak balik ruangan.
"Disebelah sana sudah Doni cari Bu. Gak ada". Teriak Doni ketika ibunya kembali ke ruang keluarga.
"Terus disimpan di mana? Ibu sudah mencari kemana-mana." teriak ibunya lebih keras.
"Minum dulu Bu!" Doni menyodorkan segelas air hangat.
"Coba ingat-ingat kemarin naruhnya di mana?"
"Ibu apa yang ada di tangan Ibu?" Doni berbicara dengan sangat tenang.
"Wah..sejak kapan gembok ini ada di tangan Ibu nak?"akhirnya Ibunya tertawa renyah. Doni hanya geleng-geleng kepala.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Wuakakak
ReplyDeleteGak gak gak. Ih si Ema, na teu malu Ma?
Hahaha, aya aya sajah, yang salah dirinya eh malah nyalahkeun ka batur
Sibeungeut Ma
Tapi oh Ma, untunglah ungkapan ini tersimpan dalam hatiku saja
Dan dalam hati Doni, malah tidak ada pikiran buat mengucapkan itu
Bagaimana pun Kau adalah seorang ibu
Yang wajib dihormati
Meski saya tak mempermalukan ibu
Pasti hati ibu sudah malu sendiri. Sudahlah Bu, nanti lain kali mah, jangan gampang nyalahkeun batur!!!
Sing rumasa Ibu teh geus pikun!
Mikir!!!!!!
Kang Irfan,
ReplyDeleteGak nyangka kamu bisa bikin cerita
Ceritanya bagus, bikin saya kukulutus,
Ini pertanda, ungkapannya sudah bisa menyerang pembaca.....
Dan sudah bisa
Memberikan apa yang ingin diberikan kepada pembaca
Sudah bisa, menyampaikan apa yang ingin disampaikan kepada pembaca
Trims kang Dana sudah koment... Sebenarnya kisah nyata ini,he... Kisah saya sendiri ,cuman sayanya dirubah jadi Doni
ReplyDeleteOh rupanya kisah nyata
DeletePantesan cara menulisnya seperti nyata
Rupanya emang bersumber dari kisah nyata. SIp Ang, memang itulah modal menulis Ang: Kejujuran
Bagi orang jujur seperti Aang, masalah menulis bukan pekerjaan susah
Sangat mudah, tinggal bongkar saja pengalaman diri sendiri
Tanpa harus mikir keras, inspirasi langsung mengalir deras