Pagi itu pasar dikejutkan dengan teriakan seseorang.
"Kau tahu hei ! kebahagiaan sejati itu ada disiniiiiiiiii......" Ia berteriak-teriak sambil menepuk-nepuk dadanya.
Pakaiannya kotor, rambutnya acak-acakan. Mungkin tidak mandi berbulan-bulan.
Beberapa orang yang sempat melihat kegaduhan itu berangsur-angsur menjauh. Beberapa menyilangkan jarinya di kening, jangan didengar, dia gila! Mungkin itu maksudnya.
Tapi ada saja yang asyik memerhatikan, termasuk Wawan yang saat itu sedang disuruh ibunya membeli keperluan dapur.
Setelah seseorang memberinya makanan, barulah dia bisa diam. Duduk di pojok dekat kios tak terpakai. Ia makan lahap sekali. Sesekali matanya mengintai, khawatir makanannya dicuri orang.
Wawan menghampirinya. "Bisakah kau menjelaskan apa yang tadi kau maksud 'Kebahagiaan Sejati' itu, Mas? Aku sudah sangat lama mencarinya."
Ia kaget dan tampak ketakutan diwajahnya. Ia pikir wawan akan mencuri makanannya.
Sambil tak henti-hentinya mengunyah ia mengusir Wawan.
"Hus..hus..husss pergi sana. Aku tak mengerti apa yang kamu katakan. Dasar gila!"
Wawan kecewa dan lalu pergi sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Kau tahu hei ! kebahagiaan sejati itu ada disiniiiiiiiii......" Ia berteriak-teriak sambil menepuk-nepuk dadanya.
Pakaiannya kotor, rambutnya acak-acakan. Mungkin tidak mandi berbulan-bulan.
Beberapa orang yang sempat melihat kegaduhan itu berangsur-angsur menjauh. Beberapa menyilangkan jarinya di kening, jangan didengar, dia gila! Mungkin itu maksudnya.
Tapi ada saja yang asyik memerhatikan, termasuk Wawan yang saat itu sedang disuruh ibunya membeli keperluan dapur.
Setelah seseorang memberinya makanan, barulah dia bisa diam. Duduk di pojok dekat kios tak terpakai. Ia makan lahap sekali. Sesekali matanya mengintai, khawatir makanannya dicuri orang.
Wawan menghampirinya. "Bisakah kau menjelaskan apa yang tadi kau maksud 'Kebahagiaan Sejati' itu, Mas? Aku sudah sangat lama mencarinya."
Ia kaget dan tampak ketakutan diwajahnya. Ia pikir wawan akan mencuri makanannya.
Sambil tak henti-hentinya mengunyah ia mengusir Wawan.
"Hus..hus..husss pergi sana. Aku tak mengerti apa yang kamu katakan. Dasar gila!"
Wawan kecewa dan lalu pergi sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Wuakakakak
ReplyDeleteDasar orang gila, tapi yaaaa
Memang itulah kehebatan sudut pandang
Dari sudut pandang orang gila, yang gila justru orang-orang waras.
Orang itu teriak-teriak karena lapar
Ini mengingatkan saya kepada para demonstran selama ini
Teriak-teriak protes karena tidak setuju kepada program pemerintahan
Mereka berbuat anarkis, berbuat kerusakan, melancarkan berbagai aksi, melakukan kritikan, bisa jadi karena lapar. Cobalah mereka ajak jajan, misalnya sama-sama jajan bakso, mungkin demonstrasinya bisa diredakan, karena tak mungkin, sedang ditraktir bakso mereka teriak-teriak......
Ya, Kang. Sepertinya mereka itu lapar. haha.
Deleteide bagus tuh kang. Mungkn setelah ditraktir mereka akan teriak-teriak "tambah-tambah !"
Wuakakak
DeleteAh si Aang mah
Atuh kalau begitu mah lebih berbahaya
Bisa-bisa merusak anggaran negara, mau ngambil dari mana
Dari subsidi BBM?
Saking sukanya kepada cerita ini, sampai saya kembali membaca ulang, sambil mengedit. Maaf, bukannya so pinter, ini hasil editan saya, kalau hasil editan saya banyak salahnya sudah pasti.
ReplyDeletePERTANYAAN BESAR
Karya: Toni Haryanto
Pagi pasar dikejutkan teriakan seseorang.
"Kau tahu hei! kebahagiaan sejati itu ada di siniiiiiiiii......" Ia teriak-teriak sambil menepuk-nepuk dada.
Pakaiannya kotor. Rambut acak-acakan. Mungkin tak mandi berbulan-bulan.
Beberapa orang yang sempat melihat kegaduhan itu berangsur-angsur menjauh. Beberapa menyilangkan jarinya di kening.
Jangan didengar, dia gila! Mungkin itu maksudnya.
Tapi ada saja yang asyik memerhatikan, termasuk Wawan yang saat itu sedang disuruh ibunya membeli keperluan dapur.
Setelah seseorang memberinya makanan, barulah orang gila diam. Duduk di pojok dekat kios tak terpakai. Makan lahap sekali. Sesekali matanya mengintai, khawatir makanannya dicuri orang.
Wawan menghampirinya. "Bisakah kau jelaskan apa yang tadi kau maksud 'Kebahagiaan Sejati' itu, Mas? Aku sudah sangat lama mencarinya."
Ia kaget. Ketakutan tampak di wajahnya. Ia pikir wawan akan mencuri makanannya.
Sambil tak henti-hentinya mengunyah ia mengusir Wawan.
"Hus..hus..husss pergi sana. Aku tak mengerti apa yang kamu katakan. Dasar gila!"
Wawan bengong.
Wah. Terimakasih sekali karena sudah mengoreksi. Memang ternyata editan akang bagus. Memberi saya pelajaran biar nanti kalo nulis lagi lebih jelas dan padat. karena FikMin memang dibatasi jumlah kata. :)
DeleteNuhun
Orang gila ngatain yang waras gila. Hihihi, seru juga nih. Saya pernah juga tiba-tiba dimaki-maki ibu-ibu di pasar tanpa sebab, eh, enggak tahunya dia enggak waras.
ReplyDeleteWuakakaka,
DeleteMbak Khulatul Mubarokah kenapa gak balas makiannya?
Hahahah
Ya seru tuh ceritanya Mbak Mila Jingga,
Dia melihat ada orang gila lari pontang-panting dikejar anjing
Trus dia komentar, "Ternyata dia takut juga ma anjing"
Ya iyalah,
Orang gila juga manusia