Fiksiminiku : SEBUAH PILIHAN

Berulang kali Rinda hadir dalam kehidupan asmaraku. Dia datang dan pergi dengan sesuka hati. Tak sedikit pun perasaan bersalah tergambar di wajah cantiknya. Senyum maut, kerling binal bola mata, dijadikan senjata untuk memikat setiap pria berkantung tebal. Tak heran jika diriku hanya dijadikan sebagai cadangan. Meski dada terasa sesak, hati tercabik, aku tahan dan diam atas nama cinta.
Seiring berjalannya waktu, kesabaran mulai goyah. Kepedihan yang bertubi-tubi, menumbuhkan kembali nalar yang pernah hilang. Dia tak pantas dimiliki. Aku bukan pungguk yang merindukan bulan. Rinda, hanyalah sebuah fatamorgana. Indah, namun tak tersentuh.
Aku mulai menjauhinya. Tak dipungkiri, perasaan rindu yang menyakitkan, terkadang muncul juga.
"Mas, kemana saja? aku rindu!" ucap Rinda, saat tak sengaja bertemu di kampus. Aku hanya melirik dengan mulut terkatup. Lalu membalikkan badan dan mengayunkan langkah secepat mungkin. Dengan bersusah-payah, kututup telinga dan hati, agar tidak terpengaruh oleh teriakan Rinda yang terus-terusan memanggil namaku....

Related Posts:

0 Response to "Fiksiminiku : SEBUAH PILIHAN"

Post a Comment